Hipertensi
Tahukah kamu, kalau hipertensi atau tekanan darah tinggi dikenal juga dengan penyakit silent killer? Ya, hal itu karena, seseorang yang terkena hipertensi bisa jadi tidak menunjukkan gejala apapun dan merasa dirinya sehat, padahal tekanan darah sudah jauh di atas normal.
Lalu, keadaan ini bisa berlangsung bertahun-tahun sampai akhirnya penderita mengalami kondisi kronis atau bahkan terkena penyakit komplikasi seperti jantung, stroke ataupun ginjal yang rusak.
Berdasarkan data WHO pada 2015 terdapat kurang lebih 1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi. Di Indonesia sendiri, menurut Riskesdas 2018 estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, dengan angka kematian mencapai sebesar 427.218 kasus.
Baca Juga: Agar Terhindari dari Risiko, Kenali Faktor-faktor Penyebab Darah Tinggi Ini!
Apa itu penyakit hipertensi?
Hipertensi adalah keadaan di mana seseorang memiliki tensi darah tinggi. Yakni tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 mmHg setelah melakukan pemeriksaan yang berulang. Padahal, tekanan darah optimal berada pada kisaran 120 mmHg/70 mmHg.
Saat menjalani pemeriksaan tekanan darah kita akan mendapatkan dua angka tersebut, di mana angka yang dicantumkan pertama oleh pemeriksa disebut tekanan sistolik dan angka yang disebutkan setelahnya disebut tekanan diastolik.
Perbedaannya adalah tekanan darah sistolik merupakan tekanan saat kontraksi darah dari jantung ke seluruh tubuh, sedangkan tekanan darah diastolik merupakan tekanan saat jantung berelaksasi atau beristirahat.
Saat tensi darah tinggi, pembuluh darah, organ jantung dan lainnya seperti otak, ginjal dan mata menjadi lebih tegang. Kalau tidak diatasi, maka kamu berisiko terkena penyakit mematikan seperti jantung, stroke atau bahkan kematian itu sendiri.
Klasifikasi hipertensi
Ada beberapa klasifikasi dari hipertensi, American Society of Hypertension and the International Society of Hypertension pada 2013 telah membagi tingkat keparahan hipertensi seseorang, yaitu:
1. Optimal
Saat kita berada pada kondisi sehat sempurna dan tidak memerlukan pengobatan, kondisi tekanan darah akan berada pada nilai optimal yaitu kisaran 120 mmHg/70 mmHg.
2. Normal
Tingkat ini, ada kemungkinan tekanan darah di dalam tubuh yang mengalami sedikit kenaikan saat kita beraktivitas. Namun jangan khawatir, hal ini dianggap normal jika masih berada kisaran 120-129 mmHg/80-84 mmHg.
3. Normal tinggi
Tekanan darah yang sudah berada pada kisaran 130-139 mmHg/84-89 mmHg dapat digolongkan dalam tahap ini. Sebaiknya, jika kita berada pada kondisi ini harus sudah mulai waspada dan menerapkan gaya hidup sehat supaya dapat mengontrol tekanan darah agar tidak terus meningkat.
4. Hipertensi derajat 1
Kondisi ini disebut juga prehipertensi jika diikuti munculnya gejala-gejala hipertensi namun belum ada kerusakan organ pada tubuh. Dalam tahap ini, tekanan darah berada pada kisaran 140-159 mmHg/90-99 mmHg.
5. Hipertensi derajat 2
Jika mengalami kondisi ini, kita sudah memerlukan terapi pengobatan. Tekanan darah berada pada kisaran 160-179 mmHg/100-109 mmHg.
Umumnya dokter akan memulai pengobatan dengan meresepkan satu jenis obat kepada kita, namun jika tekanan darah tidak kunjung terkontrol, dokter akan memberikan dua hingga tiga kombinasi obat.
6. Hipertensi derajat 3
Tahap ini merupakan kondisi yang paling berat bagi penderitanya dimana tekanan darah berada kisaran lebih dari 180 mmHg/lebih dari 110 mmHg. Beberapa terapi mungkin akan mengalami kegagalan untuk mencapai target penurunan tekanan darah.
Seseorang dapat diklasifikasikan mengalami hipertensi jika sudah mengalami pengukuran tekanan darah dengan hasil yang tinggi dalam pengukuran berulang.
Apa penyebab tekanan darah tinggi?
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer merupakan kondisi dimana penyebabnya tidak diketahui. Tekanan darah tinggi jenis ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat kita kontrol.
Tekanan darah tinggi primer ini bisa terjadi karena beberapa faktor, yaitu:
- Volume plasma darah
- Aktivitas hormon pada seseorang yang berusaha mengatur volume dan tekanan darah menggunakan obat
- Faktor lingkungan seperti stres dan kurangnya aktivitas fisik
Sedangkan hipertensi sekunder memiliki penyebab yang jelas, yaitu dapat karena kondisi medis tertentu. Seperti saat mengalami kehamilan, kelainan pada ginjal dan mengonsumsi obat obat tertentu yang menimbulkan peningkatan tekanan darah.
Siapa saja yang lebih berisiko terkena hipertensi?
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang memiliki tensi darah tinggi. Yaitu:
1. Ras
Penelitian menyebutkan bahwa kebanyakan orang dengan ras kulit hitam mempunyai tekanan darah lebih tinggi dibanding yang kulit putih.
2. Jenis kelamin
Tekanan darah pada laki-laki umumnya lebih tinggi dibanding perempuan.
3. Riwayat keluarga dan faktor genetik
Jika kamu memiliki ayah atau ibu yang menderita hipertensi, sebaiknya kamu juga harus waspada sedari dini.
Karena berdasarkan beberapa penelitian menyebutkan, seseorang yang berasal dari keluarga dengan riwayat hipertensi, mempunyai risiko yang lebih besar untuk memiliki tekanan darah tinggi dibandingkan dengan keluarga tanpa adanya riwayat.
4. Obesitas
Obesitas atau kegendutan juga dapat berpengaruh terhadap aliran pembuluh darah. Ketika kita memiliki kelebihan berat badan, hambatan pada pembuluh darah akan meningkat dan menyebabkan tekanan darah tinggi.
5. Konsumsi garam berlebih
Bagi kamu yang suka makanan asin, mungkin harus menguranginya dari sekarang. Ini karena konsumsi garam berlebih dapat menyebabkan hipertensi primer.
Beberapa hasil penelitian membuktikan, pengurangan konsumsi garam dapat menurunkan tekanan darah sistolik rata-rata 3-5 mmHg.
6. Kurang olahraga
Kurang olahraga dapat menjadi faktor terjadinya tekanan darah tinggi. Olahraga dapat mengurangi dan mencegah obesitas serta mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Garam akan dikeluarkan dari dalam tubuh kita bersama keringat.
7. Merokok dan konsumsi alkohol
Sudah bukan rahasia umum lagi kalau rokok dapat menyebabkan hipertensi, seperti yang tertulis dalam setiap bungkusnya. Ini karena kandungan nikotin yang ada pada rokok. Selain rokok kandungan alkohol dalam jumlah besar juga dapat memicu kenaikan tekanan darah.
Apa gejala dan ciri-ciri tekanan darah tinggi?
Tekanan darah tinggi memang penyakit yang tidak menunjukkan gejala. Gejala baru dapat diketahui pada kondisi hipertensi yang sudah kronis.
Oleh karena itu, memeriksakan tensi untuk mengetahui tekanan darah tinggi secara rutin adalah hal yang tepat. Karena semakin cepat diketahui, maka penanganan pun akan menjadi tepat.
Beberapa gejala yang umum dialami ketika tekanan darah tinggi sudah parah adalah:
- Pusing
- Mudah marah
- Telinga berdenging
- Mimisan
- Sukar tidur
- Sesak napas
- Rasa berat pada tengkuk
- Mudah lelah
- Mata berkunang-kunang
Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi?
Seorang penderita darah tinggi tidak jarang disertai dengan komplikasi penyakit lainnya. sehingga dapat memperburuk kerusakan organ.
Beberapa penyakit yang timbul sebagai akibat dari hipertensi diantaranya:
1. Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner sering dialami oleh penderita hipertensi akibat adanya pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung.
2. Gagal jantung
Tekanan darah tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah. Jika keadaan tersebut berlangsung secara terus menerus, otot jantung akan mengalami penurunan fungsi sehingga terjadi kegagalan kerja fungsi jantung.
3. Kerusakan pembuluh darah pada otak
Salah satu akibat hipertensi adalah menimbulkan pecahnya pembuluh darah dan merusak dinding pembuluh darah. Kerusakan pembuluh darah pada otak dapat mengalami stroke dan kematian.
Bagaimana cara mengatasi dan mengobati tekanan darah tinggi?
Tujuan umum perawatan dan pengobatan bagi penderita hipertensi adalah untuk meningkatkan kualitas hidup, menurunkan kerusakan organ dan menurunkan risiko kematian. Beberapa penderita tekanan darah tinggi harus mengonsumsi obat penurun tekanan darah seumur hidupnya.
Mengatasi hipertensi bisa dilakukan secara medis dan non medis. Penanganan non medis dapat diberikan kepada penderita ringan, dan sebagai tindakan pendukung bagi penderita sedang dan berat.
Sedangkan untuk penderita hipertensi derajat dua atau tiga perlu penanganan medis baik tunggal maupun kombinasi beberapa obat untuk memperoleh hasil yang optimal.
Perawatan hipertensi di dokter
Bagi sebagian penderita tekanan darah tinggi, konsumsi obat harus dilakukan seumur hidup untuk selalu mengontrol tekanan darah penderita. Obat yang diberikan pada penderita ini, harus diperhatikan terkait dampak dan efek samping yang timbul pada tubuh saat mengonsumsi obat-obatan tersebut.
Beberapa golongan obat yang mungkin diresepkan oleh dokter pada awal mulai terapi berasal dari golongan obat b-adrenergik blocker, ACE inhibitor, dan calcium channel antagonis dan diberikan secara tunggal.
Kemudian akan dilakukan monitoring tekanan darah kembali, jika dalam dua minggu tidak terjadi penurunan tekanan darah seperti yang diharapkan, dapat dilakukan terapi kombinasi obat dengan menambahkan obat golongan diuretik.
Saat tekanan darah sudah terkontrol, dokter dapat melakukan step-down therapy dimana menurunkan dosis penggunaan obat secara perlahan bila memungkinan penggunaan obat dapat dihentikan.
Cara menurunkan darah tinggi secara alami di rumah
Tidak semua orang yang terkena tekanan darah tinggi harus langsung minum obat. Pada kasus kasus awal, seseorang yang memiliki tekanan darah tinggi derajat satu dapat melakukan perubahan gaya hidup untuk menurunkan tekanan darahnya.
Kunci utamanya dari penanganan non medis adalah menjalani pola hidup sehat. Pola hidup sehat yang perlu diterapkan diantaranya.
1. Konsumsi buah dan sayur
Memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat menjadi salah satu cara menurunkan tekanan darah tinggi. Beberapa jenis sayur dan buah banyak disarankan untuk menurunkan tekanan darah seperti sayuran hijau, buah beri, buah bit merah, pisang dan sebagainya.
Makanan makanan tersebut mengandung serat yang tinggi, rendah lemak dan rendah natrium sehingga cocok untuk mereka yang memiliki darah tinggi.
Selain penurunan tekanan darah, makan buah-buahan dan sayur-sayuran dapat membantu menghindari kita dari penyakit penyerta seperti diabetes dan dislipidemia.
2. Menurunkan berat badan
Kejadian hipertensi pada seseorang sering dikaitkan dengan berat badan tubuhnya. Terutama jika seseorang menderita obesitas atau kelebihan berat badan.
Karena itu lah, bagi penderita hipertensi ringan disarankan untuk menurunkan berat badannya.
3. Mengurangi asupan garam
Asupan garam yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Pada pasien hipertensi derajat ≥ 2 hanya dianjurkan untuk mengonsumsi garam tidak melebihi 2 gr/ hari.
4. Olahraga
Olahraga dapat menolong penurunan tekanan darah. Dokter mungkin akan menganjurkan melakukan olahraga secara teratur sebanyak 30 – 60 menit/ hari, minimal 3 kali seminggu.
Jika kamu mungkin tidak punya waktu untuk berolahraga, dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktivitas sehari-hari.
5. Mengurangi merokok dan konsumsi alkohol
Membatasi atau menghentikan rokok serta minuman beralkohol, sangat membantu dalam penurunan tekanan darah.
Pasien yang menjalani perubahan pola hidup sehat ini sebaiknya dipantau dan melakukan pengecekan tensi darah tinggi selama 4 – 6 bulan. Jika dalam kurun waktu tersebut tidak terjadi penurunan tekanan darah, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi obat.
Apa saja obat tekanan darah tinggi yang biasa digunakan?
Ada beberapa obat yang biasa dipakai untuk mengatasi darah tinggi. Di antaranya adalah:
Obat hipertensi di apotek
Kamu bisa menemukan obat-obatan ini di apotek untuk mengatasi tekanan darah tinggi:
- Diuretic
- Beta-blocker
- ACE inhibitor
- Angiotensin II receptor blocker
- Calcium channel blocker
- Alpha blocker
- Alpha-2 Receptor Agonist
- Kombinasi alpha dan beta-blocker
- Central agonist
- Peripheral adrenergic inhibitor
- Vasodilator
Obat hipertensi alami
Selain obat kimiawi, kamu juga bisa mengandalkan obat alami, lho. Berikut contohnya:
- Kemangi
- Kayu manis
- Kapulaga
- Biji rami
- Bawang putih
- Jahe
- Hawthorn
- Biji seledri
- French lavender
- Cat’s claw
Apa saja makanan dan pantangan untuk penderita hipertensi?
Makanan merupakan satu cara yang efektif untuk menaikan atau menurunkan tekanan darah. Berikut ini adalah makanan yang aman kamu makan jika kamu menderita penyakit tekanan darah tinggi:
- Susu skim, yoghurt greek . Kamu bisa mengandalkan makanan yang kaya kalsium sebagai cara menurunkan tekana darah tinggi
- Daging tanpa lemak
- Ayam atau kalkun tanpa kulit
- Cereal siap santap yang rendah garam
- Cereal yang dimasak, bukan instan
- Keju rendah lemak dan garam
- Buah-buahan. Utamakan yang segar, atau dalam kemasan yang tanpa garam
- Sayur-sayuran segar dan tanpa garam tambahan. sayur-sayuran yang kaya akan warna hijau, oranye dan merah kaya akan potasium yang dapat kamu andalkan sebagai cara menurunkan tekanan darah tinggi
- Nasi, pasta dan kentang tanpa rasa atau hambar
- Roti
- Makanan olahan yang rendah garam
Sedangkan untuk makanan yang harus kamu hindari adalah:
- Butter dan margarine
- Saus salad reguler
- Daging yang kaya lemak
- Produk susu murni
- Makanan yang digoreng
- Sup dalam kemasan
- Snack yang penuh garam
- Makanan cepat saji
- Daging deli
Bagaimana cara mencegah tekanan darah tinggi?
Tekanan darah tinggi dapat dicegah dengan cara menjalani pola hidup sehat. Berikut ini daftar pencegahan darah tinggi yang bisa kamu lakukan:
- Makan makanan yang bergizi dan sehat
- Jaga berat badan badan tubuh yang sehat
- Usahakan fisik untuk selalu aktif
- Jangan merokok
- Batasi konsumsi alkohol
- Tidur yang cukup
Baca Juga: Bisa Mengobati Darah Tinggi, Perhatikan Hal Ini Sebelum Minum Spironolactone
Hipertensi pada lansia dan kehamilan
Hipertensi merupakan satu kondisi kronis yang umum terjadi pada lansia. Dan ketika kondisi ini tidak ditangani dengan baik, risiko kematian dan penyakit mematikan karena hipertensi akan meninggi pada lansia.
Sedangkan untuk ibu hamil, hipertensi kerap terjadi sebelum kamu hamil dan di beberapa kasus terjadi pada saat kamu sedang hamil. Meskipun bukan kombinasi berbahaya, hipertensi dan kehamilan tetap perlu diawasi, lho.
Hipertensi dan kehamilan dapat menghadirkan beberapa kondisi berikut:
- Berkurangnya aliran darah ke plasenta
- Plasenta yang rusak tiba-tiba
- Intrauterine growth restriction atau pertumbuhan janin yang lambat atau berkurang
- Cedera pada organ lain ibu hamil
- Kelahiran prematur
- Penyakit kardiovaskular di masa mendatang
Untuk itu, baik lansia dan ibu hamil harus rajin melakukan pemeriksaan tensi darah tinggi dan melakukan penanganan yang tepat supaya kondisi ini tidak membawa pada penyakit lainnya.
Itulah hal-hal mengenai hipertensi yang perlu kamu ketahui. Dengan mengetahui hal-hal mengenai tekanan darah tinggi, kita dapat melakukan langkah pencegahan sedini mungkin, terutama bila kamu memiliki faktor risiko.
Pastikan untuk mengecek kesehatanmu dan keluarga secara rutin melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Konsultasi seputar kesehatan jantung dengan mitra dokter spesialis kami. Download aplikasi Good Doctor sekarang, klik link ini, ya!
Yulanda, G. and Lisiswanti, R., 2017. Diakses pada 29 April 2020. Penatalaksanaan Hipertensi Primer. Jurnal Majority, 6(1), pp.28-33.
MEDIKORA, (2). Noerhadi, M., 2008. Diakses pada 29 April 2020. Hipertensi Dan Pengaruhnya Terhadap Organ-Organ Tubuh.
Chinese Medical Journal. 2006. WANG, Mou-yue; LIU,. Diakses pada 29 April 2020 Huan. A clinical classification of hypertension
PERKI. 2015. Diakses pada 29 April 2020. Tata Laksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular
American Family Physician. 2014. Diakses pada 29 April 2020. JNC 8 Guidelines for the Management of Hypertension in Adults
P2PTM KemenKes. 2019. Diakses pada 29 April 2020. Hari Hipertensi Dunia 2019 : “Know Your Number, Kendalikan Tekanan Darahmu dengan CERDIK.”.
Penebar Plus. 2008. Diakses pada 29 April 2020. Care Yourself Hipertensi
Heartline. 2008. Diakses pada 29 April 2020. Everything You Need to Know About High Blood Pressure (Hypertension)
Saripediatri. 2016. Diakses pada 29 Apri 2020. Saing, J.H., 2016. Hipertensi pada remaja. Sari Pediatri, 6(4), pp.159-65.