Share This Article
Bipolar merupakan salah satu gangguan kejiwaan dengan tingkat prevalensi yang masih cukup tinggi di tingkat global. Di Indonesia sendiri, dilansir dari Metro TV, tak kurang dari 4 persen penduduk mengidap gangguan ini.
Gangguan kejiwaan tak hanya bisa dialami orang dewasa, tapi juga anak-anak. Lantas, apakah anak-anak juga bisa mengidap gangguan bipolar? Yuk, simak ulasannya berikut ini!
Baca juga: Bipolar Disorder: Ketahui Penyebab, Gejala dan Cara Penanganannya
Apa itu bipolar?
Bipolar disorder adalah gangguan mental yang ditandai dengan perubahan mood atau suasana hati secara ekstrem. Seorang pengidap bipolar bisa merasa senang, lalu tiba-tiba sedih atau depresi.
Perubahan suasana hati atau mood swing ini kerap memengaruhi banyak aktivitas sehari-hari.
Bipolar disorder bisa terjadi pada siapa pun. Meski, ada beberapa golongan yang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengidapnya.
Apakah anak-anak bisa terkena bipolar?
Mengutip dari Mayo Clinic, bipolar sangat mungkin terjadi pada anak-anak. Bahkan, kondisinya bisa lebih serius jika dibandingkan dengan orang dewasa. Anak-anak bisa mengalami perubahan mood dari hiperaktifitas atau euforia (manik) sampai depresi yang sangat parah.
Sayangnya, kebanyakan kasus bipolar pada anak baru terdeteksi saat menginjak remaja. Hal tersebut karena gejala bipolar mirip dengan kebiasaan yang umum dilakukan anak-anak, seperti emosi yang belum stabil.
Penyebab bipolar pada anak
Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti penyebab gangguan bipolar. Hanya saja, menurut Cleveland Clinic, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risikonya, di antaranya:
- Riwayat keluarga: Anak yang memiliki orangtua atau saudara dengan riwayat bipolar memiliki risiko lima kali lipat mengalami gangguan yang sama.
- Gangguan kecemasan: Anak yang memiliki gangguan kecemasan (anxiety disorder) berpotensi untuk mengalami mood swing atau perubahan suasana hati.
- Gangguan pada otak: Bipolar bisa terjadi karena adanya gangguan pada struktur atau fungsi tertentu dari otak.
- Lingkungan: Lingkungan bisa memengaruhi stabilitas emosi anak hingga menyebabkan bipolar. Misalnya, stres akibat kehilangan orang tercinta atau menjadi korban kekerasan.
Gejala bipolar pada anak
Secara garis besar, gejala bipolar pada anak dibedakan menjadi tiga, yaitu manik, depresi, dan gabungan dari keduanya. Pengidap bipolar, termasuk anak-anak, bisa mengalami satu gejala tersebut, kemudian berganti menjadi gejala lainnya secara cepat.
1. Gejala manik
Manik adalah sekumpulan gejala suasana hati ketika seseorang merasakan kesenangan berlebihan, atau euforia ekstrem terhadap sesuatu. Perasaan ini dapat dengan cepat berubah menjadi bingung dan marah. Pada tahapan yang ringan, gejala ini disebut dengan hipomanik.
Selama periode manik atau hipomanik, anak yang mengidap bipolar bisa menunjukkan gejala seperti:
- Rasa senang dan gembira berlebihan
- Semangat tinggi dan penuh harapan
- Mudah tersinggung dan marah
- Sering gelisah
- Berbicara dengan cepat
- Rasa percaya diri meningkat ekstrem
- Merasa memiliki banyak energi sehingga tidak butuh tidur
- Berpikiran atau bertindak seperti orang dewasa
- Sulit berkonsentrasi
- Melakukan tindakan berisiko yang impulsif, seperti menggunakan kartu kredit orang tua secara berlebihan
2. Gejala depresi
Saat memasuki periode depresi, anak akan merasakan kesedihan mendalam dan perasaan down, minder, dan sebagainya. Gejala depresi pada anak yang mengidap bipolar di antaranya adalah:
- Merasa sedih
- Mudah putus asa
- Merasa bersalah
- Makan terlalu sedikit atau terlalu banyak
- Sering menangis
- Hilang minat terhadap sesuatu yang biasanya disukai
- Tidak bisa berpikir jernih
- Tidur terlalu nyenyak
- Merasa tidak memiliki energi untuk melakukan sesuatu
- Memiliki pikiran ekstrem untuk membahayakan diri sendiri, misalnya, bunuh diri.
Cara mengatasi anak bipolar
Perawatan dan penanganan gangguan bipolar pada anak biasanya melibatkan kombinasi pengobatan, terapi, hingga dukungan di lingkungan sekolah dan keluarga.
- Obat-obatan: Sama seperti orang dewasa, anak yang mengidap bipolar bisa mengonsumsi obat-obatan untuk gangguan mental seperti antidepresan, antipsikotik, dan penstabil suasana hati (mood stabilizer).
- Terapi: Metode ini bisa membantu mereka mempelajari cara mengatasi gejala dan mengembangkan kebiasaan perawatan diri yang sehat. untuk anak yang lebih kecil, terapi bermain dapat membantu mereka mengekspresikan ide – ide mereka dan mengeksplorasi cara cara positif untuk mengatasi dan membangun kepercayaan diri mereka.
- Psikoedukasi: ini merupakan komponen yang penting untuk anak dan orang tua dalam melakukan treatment bipolar. sekolah, rumah sakit, klinik dan komunitas dapat memberikan informasi tentang kesehatan mental yang dapat membantu orang tua lebih paham dalam merawat anak dengan gangguan bipolar.
- Dukungan sekolah: Anak dengan gangguan bipolar memenuhi syarat untuk melakukan program pendidikan individual (IEP) yang mana dapat di sesuaikan dengan kondisi anak dan juga hal ini di bantu oleh konselor sekolah, psikolog, dokter sehingga anak dengan gangguan bipolar bisa tetap berhasil di sekolah dan kehidupannya.
Nah, itulah penjelasan tentang bipolar pada anak yang perlu Moms tahu. Jika buah hati tercinta menunjukkan perilaku yang mengarah ke gangguan suasana hati, tak perlu pikir panjang untuk memeriksakannya ke dokter anak, psikiater, psikolog, atau tenaga ahli lainnya.
Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter terkait dengan masalah kesehatan kamu di aplikasi Good Doctor. Dokter terpercaya kami akan membantu dengan layanan 24/7. Yuk berkonsultasi sekarang!