Share This Article
Pertanyaan seputar bagaimana mengetahui efektivitas vaksin COVID-19 terus ada di masyarakat. Terbaru, politikus partai Gerindra, Fadli Zon, menyinggung soal titer antibodi.
Hal itu disebutkan dalam akun twitter pribadi Fadli Zon. “Di hari-hari menjelang 50 tahun, akhirnya saya terpapar Covid-19. Maret lalu sudah 2 kali vaksin, dan tes titer antibodi 250 (cukup baik),” tulisnya.
Baca juga: Perlukah Melakukan tes Antibodi Setelah Vaksin? Ini Penjelasannya!
Apa sebetulnya tes titer antibodi?
Tes titer antibodi merupakan pengujian yang dilakukan untuk mendeteksi keberadaan dan mengukur jumlah antibodi dalam darah seseorang. Jumlah dan keragaman antibodi berkaitan dengan kekuatan respons imun tubuh terhadap suatu infeksi.
Pada dasarnya, tubuh menghasilkan antibodi untuk mencegah mikroorganisme yang masuk dan hendak menghancurkan tubuh atau untuk menetralisasi mikroorganisme ini sebelum mereka menyebabkan infeksi.
Mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh ini disebut juga patogen. Patogen yang masuk ke tubuh memiliki tanda dalam diri mereka yang disebut antigen yang diikat oleh antibodi dalam proses respons imun.
Pengikatan antigen ke antibodi memunculkan respons imun. Ini merupakan interaksi kompleks dari jaringan imun dan sel yang bekerja untuk bertahan terhadap serangan mikroorganisme dan melawan infeksi dalam tubuh.
Kenapa kamu butuh tes titer antibodi?
Tes titer antibodi digunakan untuk melihat hal-hal berikut ini:
- Untuk mengetahui apakah kamu membutuhkan suntikan vaksin
- Mengetahui apakah kamu sedang atau pernah mengalami infeksi mikroorganisme tertentu.
- Melihat apakah sistem imun kamu memiliki respons yang kuat ke jaringan kamu sendiri, hal ini untuk mengetahui adanya kelainan autoimun.
- Untuk mengetahui apakah sistem imun memiliki respons kuat terhadap imunisasi yang kamu jalani yang bertujuan untuk melindungi kamu dari infeksi patogen tertentu.
Bagaimana dengan tes titer antibodi COVID-19?
Sama seperti yang dijalani oleh Fadli Zon, tes titer antibodi COVID-19 pun dilakukan untuk mengukur seberapa besar respons sistem imun terhadap vaksin yang sudah diberikan.
Beberapa penelitian pun memakai kadar titer antibodi untuk mengaitkannya dengan vaksinasi yang dilakukan oleh orang yang sudah menerima vaksin COVID-19. Salah satunya yang diunggah dalam laman medRxiv.
Penelitian tersebut berkesimpulan jika penggunaan titer antibodi dapat dijadikan basis pengukuran untuk mengetahui proteksi yang dihasilkan vaksin COVID-19 pascaimunisasi.
Tidak untuk orang awam
Meskipun demikian, pakar biologi molekuler Ahmad Rusdan Utomo menyebut tes antibodi ini tidak disarankan untuk masyarakat. Apalagi jika hanya sekadar untuk melihat seberapa tinggi antibodi pascavaksinasi COVID-19.
Pasalnya, hingga kini tidak ada ambang batas yang ditentukan terkait berapa angka titer antibodi COVID-19 untuk mengetahui berapa nilai yang disebut tinggi atau cukup atau tidaknya kamu terlindungi dari COVID-19.
Titer antibodi untuk uji klinis
Dirinya menyebut pengecualian terdapat pada pakar atau ahli yang melakukan uji klinis vaksin COVID-19. Dalam hal ini titer antibodi bisa dipakai untuk mengukur, karena ada perhitungan yang dikumpulkan dari sejumlah relawan saat vaksinasi untuk menghasilkan kesimpulan.
“Karena harus ada uji klinis dari beberapa ribu orang terus akhirnya nanti dilihat mana yang kena COVID-19 mana yang tidak. Nanti angkanya dikonsolidasi, dikompilasi. Jadi misalkan angkanya sekian, kemungkinan terkena gejala COVID-1 sekian persen,” kata dia.
Dengan demikian, menurutnya masyarakat tidak usah melakukan tes antibodi. Kecuali kamu sedang terlibat dalam proses uji klinis. Fadli Zon pun tidak menutup kemungkinan pengukuran titer antibodinya dilakukan dalam rangka uji klinis vaksin merah putih.
“Nah, memang dia harus diukur karena nanti akan dicek, dari sekian ribu relawan yang positif antibodinya setelah berapa hari, berapa banyak,” kata dia.
Imbauan Kemenkes
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan lewat Juru Bicara Vaksinasi COVID-19, dr Siti Nadia Tarmizi, tidak menyarankan pengujian antibodi secara mandiri. Pasalnya, hasil tes dapat menimbulkan kebingungan dan keraguan.
“Setelah vaksinasi COVID-10 kita tidak menyarankan untuk melakukan pengujian antibodi secara mandiri. Karena untuk yang tidak memahami arti pengujian antibodi ini, akan menimbulkan kebingungan,” kata dia.
Dirinya juga menyebut kalau sejauh ini WHO pun belum memberikan rekomendasi standar pengujian pemeriksaan kadar antibodi pascavaksinasi. Selama ini, tes yang dilakukan hanya mengukur kadar antibodi di dalam tubuh saja.
“Sementara saat ini secara internasional tidak pernah dikatakan berapa batas proteksi atau correlate protection, sehingga kalau kita melakukan pemeriksaan antibodi, bisa menjadi salah pengertian,” tukas dr Nadia.
Demikianlah penjelasan tentang titer antibodi. Walaupun dipakai dalam uji klinis, jangan lakukan pengecekan mandiri, ya!
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!