Menyusul sejumlah negara lainnya, kasus infeksi COVID-19 di Tanah Air kembali naik. Pemerintah mewaspadai libur Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 di mana akan terjadi banyak pergerakan masyarakat, berpotensi memicu lonjakan infeksi yang disebabkan oleh virus Corona subvarian EG.5 ini. Lalu seperti apa karakter subvarian EG.5 dan bagaimana tingkat penularannya?
BACA JUGA: COVID-19 Kini Dinyatakan sebagai Sindemi dan Bukan Lagi Pandemi, Apa Itu?
Masyarakat Diminta Lengkapi Dosis Vaksinasi COVID-19
Menjelang libur panjang natal dan tahun baru (Nataru), masyarakat diminta untuk segera melengkapi dosis vaksinasi COVID-19 untuk mencegah risiko COVID-19. Imbauan ini tertuang dalam surat edaran Kemenkes RI per 15 Desember 2023. Bahkan mereka yang belum pernah sama sekali divaksin, diminta untuk segera mendapatkan vaksinasi COVID-19. “Segera melengkapi dosis vaksin COVID-19, segera datangi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat di Puskesmas atau Kantor Kesehatan Pelabuhan, jangan ditunda tunda,” ujar Dirjen Pencegahan dan Pengendalian (P2P) Dr. Maxi Rein Rondonuwu. Selain vaksinasi, sebagai upaya pencegahan masyarakat diminta mengenakan kembali masker saat sakit atau ketika berada di tempat umum khususnya yang berisiko penularan COVID 19, selalu cuci tangan dan segera berobat jika sakit apalagi jika memiliki gejala COVID-19 seperti demam, batuk, pilek, dan sesak napas. Jika hasil tesnya positif COVID-19, pasien diminta segera mengisolasi diri.Peningkatan COVID-19 Didominasi Virus Corona Subvarian EG.5
Imbauan agar segera melengkapi dosis vaksinasi tersebut untuk mewaspadai potensi terjadinya lonjakan kasus COVID-19 seiring pergerakan masyarakat yang ingin menikmati libur panjang Nataru. Hal ini menyusul angka kasus infeksi COVID-19 di Indonesia yang merangkak naik sejak pekan ke-41 (periode 8-14 Oktober 2023). Hingga Jumat (15/12) data menunjukkan terdapat 336 kasus konfirmasi COVID-19. Jumlah tersebut merupakan peningkatan dari hari-hari sebelumnya. Peningkatan kasus infeksi COVID-19 tahun ini didominasi oleh virus Corona subvarian EG.5 yang merupakan mutasi varian Omicron. Kabar baiknya, meski kasusnya mengalami peningkatan namun tidak sampai menyebabkan kenaikan rawat inap dan bahkan kematian. Artinya, subvarian EG.5 menyebabkan peningkatan kasus karena lebih mudah menginfeksi, namun tidak sampai menyebabkan perubahan tingkat keparahan.Seperti Apa Karakter Subvarian EG. 5?
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan subvarian EG.5 sebagai variants of interest (VOI) pada 9 Agustus, setelah terlebih dahulu ditetapkan sebagai variants under monitoring (VUM) di 19 Juli. Kemunculan subvarian EG.5 sendiri pertama kali dilaporkan pada 17 Februari 2023. Subvarian EG.5 merupakan garis keturunan dari subvarian XBB.1.9.2 (mutasi virus Omicron) yang memiliki karakteristik yakni membawa mutasi asam amino F456L tambahan pada protein lonjakan. Dengan karakteristiknya tersebut, subvarian ini memiliki keunggulan berupa tingkat pertumbuhan yang tinggi dibanding subvarian lain yang bersikulasi bersama. Keunggulan lainnya adalah subvarian ini dapat menghindari sistem kekebalan tubuh. Meski tingkat pertumbuhannya tinggi, namun risiko kesehatannya terhadap masyarakat justru tergolong rendah di tingkat global.Subvarian EG.5 Paling Banyak Beredar di Dunia
Saat ini subvarian EG.5 merupakan subvarian yang mendominasi di tingkat global yakni sebesar 51,6 persen dari 93 negara sejak minggu ke-44 (30 Oktober-5 November 2023). Angka ini mengalami kenaikan dibanding minggu ke-40 (2-8 Oktober 2023), yakni ketika prevalensi global EG.5 baru mencapai 47 persen. Tiga negara penyumbang terbesar kasus COVID-19 yang disebabkan subvarian EG.5 yakni Amerika Serikat (24,8 persen), Kanada (12,6 persen) dan Tiongkok (10,6 persen). Kemudian disusul dengan negara yang menyumbang di bawah 10 persen seperti:- Jepang (7,0 persen)
- Korea Selatan (6,3 persen)
- Inggris (6,3 persen)
- Prancis (5,5 persen)
- Spanyol (4,0 persen)
- Singapura (2,7 persen)
- Swedia (2,4 persen)
- Australia (2,0 persen)
- Italia (1,9 persen)
- Denmark (1,4 persen)
- Belgia (1,2 persen)
- Jerman (1,2 persen)
- Belanda (1,0 persen)
- Selandia Baru (0,9 persen).
Gejala Infeksi Subvarian EG.5
Gejala yang ditimbulkan ketika seseorang terinfeksi subvarian EG.5 tidak jauh berbeda dengan turunan strain Omicron lainnya. Cenderung menginfeksi saluran pernapasan bagian atas sehingga menyebabkan gejala seperti: Namun orang berusia 65 tahun ke atas atau yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, infeksi EG.5 berisiko lebih tinggi menularkan virus hingga ke saluran pernapasan bagian bawah. Kondisi inilah yang dapat menyebabkan gejala penyakit yang parah. Gejala infeksi saluran pernapasan bawah berat yang perlu diperhatikan:- Sesak atau kesulitan bernapas
- Nyeri dada
- Gangguan kesadaran
- Kulit, kuku, bibir pucat, berwarna biru atau keabu-abuan.