Share This Article
Kasus COVID-19 yang saat ini terus meningkat, ternyata membuat anjuran protokol kesehatan semakin ketat. Pemerintah kembali meminta masyarakat untuk tetap memakai masker dan segera mendapatkan vaksin. Agar lebih waspada ketahui yuk varian baru yang muncul di China baru-baru ini dan gejala COVID-19 terbaru menurut WHO secara umum.
Varian baru COVID-19 NeoCov di China

CNBC Indonesia melaporkan bahwa China saat ini menghadapi lonjakan kasus COVID-19 akibat kemunculan varian baru bernama NeoCov.
Meskipun varian NeoCov tidak sekuat Delta yang mematikan atau Omicron, kita tetap tidak boleh menyepelekannya. NeoCoV sebenarnya juga bukanlah varian baru dari virus Corona, tetapi dari jenis virus Corona yang terkait dengan sindrom pernapasan Timur Tengah atau Mers-CoV.
Sederhananya, NeoCoV ini merupakan kerabat dekat dari Mers-CoV yang beredar pada hewan kelelawar. CNBC Indonesia melaporkan bahwa para ilmuwan berbasis di Wuhan memperingatkan bahwa NeoCoV bisa menimbulkan masalah serius jika virus tersebut berpindah dari kelelawar ke manusia.
Para ahli mengelompokkan SARS-CoV-2, MERS, dan NeoCov sebagai bagian dari keluarga virus yang disebut coronavirus. Menurut penjelasan Al Jazeera, terdapat ratusan virus corona, yang sebagian besar beredar di antara hewan seperti babi, kelelawar, unta, dan kucing.Â
Beberapa virus corona tersebut dapat menginfeksi manusia, hingga menyebabkan gejala seperti pilek ringan. Namun, hanya ada tiga virus corona yang diketahui mampu menyebabkan gejala serius pada manusia, yaitu:
- Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang muncul pada 2002 dan merupakan bentuk pneumonia sangat menular. Virus ini berpotensi mengancam jiwa dan biasanya muncul pada mamalia kecil yang mengalami mutasi.
- Middle East Respiratory Syndrome (MERS) awalnya menular dari unta ke manusia dan pertama kali teridentifikasi pada 2012. Hingga kini, virus ini masih memicu wabah sporadis dan berskala lokal. MERS biasanya muncul dengan gejala demam dan batuk, lalu dapat berkembang menjadi pneumonia dan kesulitan bernapas.
- COVID-19 yaitu virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit coronavirus 2019. Para ahli pertama kali mengidentifikasi virus ini di Cina pada Desember 2019, dan WHO kemudian menetapkannya sebagai pandemi global.
Para peneliti pertama kali mengidentifikasi virus NeoCov pada 2011 ketika virus ini menginfeksi spesies kelelawar bernama Neonomicia. Mereka menemukan virus tersebut terutama di beberapa wilayah Afrika.
Awalnya, para ilmuwan menyimpulkan bahwa NeoCov tidak menginfeksi manusia. Namun setelah ilmuwan di China menelitinya lebih dalam, mereka menemukan adanya potensi penularan NeoCov ke manusia.
Gejala NeoCov

Meskipun diketahui menyebar di antara hewan, namun para ilmuwan mengklaim NeoCov memiliki gejala yang mirip dengan SARS-CoV-2. Seperti yang sudah disebutkan juga sebelumnya, NeoCov berpotensi menginfeksi manusia. Dilansir dari Health Site, beberapa gejala umum yang mungkin dialami adalah:
- Demam
- Kehilangan penciuman dan rasa
- Diare
- Pilek
- Hidung tersumbat
- Nyeri dada
- Batuk terus-menerus
- Sakit kepala
- Nyeri tubuh
- Nyeri otot.
Gejala COVID-19 terbaru menurut WHO
Gejala COVID-19 menurut WHO yang paling umum dialami oleh pasien positif, yaitu:
- Demam
- Batuk
- Kelelahan
- Kehilangan rasa atau bau.
Namun, ada juga beberapa gejala yang kurang umum terjadi, seperti:
- Sakit tenggorokan
- Sakit kepala
- Sakit dan nyeri
- Diare
- Ruam pada kulit, atau perubahan warna pada jari tangan atau kaki
- Mata merah atau iritasi.
Sebagian orang juga mungkin mengalami gejala yang lebih serius:
- Kesulitan bernapas atau sesak napas.Â
- Kehilangan bicara atau mobilitas, atau kebingungan.
- Alami sakit di bagian dada.
Apakah vaksin COVID-19 efektif melawan NeoCov?

Sebuah studi menemukan kekebalan atau antibodi saat ini yang diperoleh dari vaksinasi COVID-19 sebelumnya mungkin tidak akan efektif dalam mencegah NeoCov. Alasannya karena NeoCov mengikat reseptor ACE2 daripada SARS-CoV-2.
Namun, terkait dengan vaksin ini masih harus melakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan apakah benar vaksin COVID-19 tidak efektif dalam melawan NeoCov.
Baca juga: Wajib Tahu! Apakah Tetap Bisa Ajukan Asuransi Jika Sudah Pernah Terinfeksi COVID-19?
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!
Sudah punya asuransi kesehatan dari perusahaan tempatmu bekerja? Ayo, manfaatkan layanannya dengan menghubungkan benefit asuransi milikmu ke aplikasi Good Doctor! Klik link ini, ya.

