Share This Article
Beberapa negara di Asia, yakni Thailand, Hongkong, Malaysia dan Singapura, mengalami lonjakan kasus COVID-19 pada 2025.
Menindaklanjuti lonjakan tersebut, Kementrian Kesehatan RI telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) bernomor SR.03.01/C/1422/2025 tentang Kewaspadaan Terhadap Peningkatan Kasus COVID-19 pada 23 Mei lalu. Masyarakat dimintai mewaspadai dengan selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai upaya pencegahan penularannya.
BACA JUGA: COVID-19 (Virus Corona)
Lonjakan Kasus dan Varian COVID-19 yang Mendominasi
World Health Organization (WHO) melaporkan, per 2 Maret 2025 terdapat sekitar 777.594 kasus COVID-19 terkonfirmasi secara global, termasuk 7.090 angka kematian. Namun menurutnya, angka tersebut masih perkiraan dan diduga masih lebih rendah dari yang sebenarnya karena minimnya pengujian dan keterlambatan pelaporan oleh sejumlah negara.
Saat ini, WHO memantau satu varian (variants of interest– VOI), yaitu JN.1, dan memonitor tujuh varian (variants under monitor-VUM) yaitu JN.1.18, KP.2, KP.3, KP.3.1.1, LB.1, LP.8.1, dan XEC.
Sementara lonjakan kasus baru COVID-19 di Asia didominasi oleh sejumlah varian yakni:
- Thailand: XEC dan JN.1
- Singapura: LF.7 dan NB.1.8 (turunan JN.1)
- Hongkong: JN.1
- Malaysia: XEC (turunan JN.1).
Tertinggi, Thailand mencatat sebanyak 65.880 kasus baru dengan tiga kematian pada pekan terakhir Mei 2025 (25-31 Mei). Sebelumnya bahkan kasusnya mencapai lebih dari 71 ribu kasus baru dengan 19 kematian antara 1 Januari-14 Mei. Menteri kesehatan negeri gajah putih tersebut Somsak Thepsuthin menyebut, virus menyebar dengan cepat dan alami saat musim hujan.
Kemudian Singapura melaporkan lebih dari 14 ribu kasus baru antara 27 April-3 Mei 2025, sementara Malaysia mencatat lebih dari 11 ribu kasus antara 1 Januari-10 Mei 2025.
Guru Besar Kedokteran Kesehatan Masyarakat Universitas Kebangsaan Malaysia, Prof Dr Sharifa Ezat Wan Puteh mengatakan, lonjakan terjadi karena masyarakat lalai dan menganggap COVID-19 tidak lagi menjadi ancaman besar.
Namun meski kasusnya meningkat, Plt. Direktur Jenderal Penanggulangan Penyakit Kementrian Kesehatan RI Murti Utami dalam SE yang ditandatanganinya menyebut, transmisi penularannya masih relatif rendah, dan angka kematiannya juga rendah.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan Prof Dr Sharifa Ezat Wan Puteh yang menyebut salah satu varian NB.1.8.1 yang masuk klasifikasi VUM oleh WHO, “Meski dianggap sangat mudah menular namun tidak menunjukkan virulensi yang lebih tinggi, atau risiko rawat inap hingga kematian,” katanya.
Lalu Bagaimana Kasus COVID-19 di Indonesia?
Konfirmasi kasus COVID-19 di Indonesia memasuki pekan ke-20 justru mengalami penurunan yakni tinggal tiga kasus, dari sebelumnya 28 kasus pada pekan ke-19 (positivity rate 0,59%). Jenis varian dominan yang beredar di Tanah Air yakni MB.1.1.
Meski demikian masyarakat diminta tetap waspada dengan:
a. Menerapkan perilaku hidup bersih sehat (PHBS)
b. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer
c. Pakai masker jika sedang sakit atau jika berada di kerumunan
d. Segera ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala infeksi saluran pernafasan dan ada riwayat kontak dengan faktor risiko.
Pahami Lagi Varian COVID-19
JN.1
Pertama kali diindetifikasi pada Agustus 2023, JN.1 merupakan evolusi subvarian BA.2.86 dari garis keturunan Omicron. WHO mengklasifikasi JN.1 sebagai variant of interest (VOI). Sejak November 2023 hingga Maret 2024, JN.1 menunjukkan tren peningkatan penularan khususnya di daerah beriklim dingin dan kering. Terdeteksi ada di 99 negara menjadikan JN.1 merupakan strain dominan di seluruh dunia sehingga menimbulkan kekhawatiran kesehatan global.
Pasien yang terinfeksi JN.1 umumnya menunjukkan gejala sakit tenggorokan, demam, batuk kering, mual, dan muntah.
XEC
Merupakan galur rekombinan Omicron yakni subvarian KS.1.1 (FLiRT) dan KP.3.3 (FLuQE) yang baru muncul. Pertama kali diidentifikasi di Jerman pada Juni 2024. XEC membawa beberapa mutasi yang memungkinkan penularan lebih cepat, dan kini telah terdeteksi di sedikitnya 15 negara di Eropa, Amerika Utara, dan Asia. Data dari AS, Inggris, dan Tiongkok menunjukkan, XEC menyebar 84–110 persen lebih cepat daripada subvarian Omicron lainnya. Pasien yang terinfeksi XEC memunculkan gejala seperti demam, batuk, sakit tenggorokan, kelelahan, sakit kepala, nyeri tubuh, hidung tersumbat, pilek, kehilangan kemampuan mencium/mengecap, kehilangan nafsu makan, diare, dan muntah.
NB.1.8
WHO menetapkan NB.1.8.1 sebagai varian SARS-CoV-2 dalam pantauan (VUM) pada 23 Mei 2025 sejak proporsi penularannya meningkat di seluruh dunia. NB.1.8.1 adalah varian SARS-CoV-2 yang berasal dari varian rekombinan XDV.1.5.1 dan memiliki mutasi spike tambahan yakni T22N, F59S, G184S, A435S, V445H, dan T478I.
Meski menyebabkan peningkatan kasus dan rawat inap, namun NB.1.8.1 tidak menunjukkan risiko kesehatan masyarakat tambahan. Tidak ada laporan yang menunjukkan bahwa bahkan tingkat keparahan penyakit akibat varian ini lebih tinggi dibandingkan dengan varian lain yang beredar saat ini.
MB.1.1.
Kemenkes menyebut MB.1.1 sebagai varian yang mendominasi di Indonesia saat ini. Peneliti Mikrobiologi Klinik dari Fakultas Kedokteran- Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Profesor Tri Wibawa mengatakan, tidak banyak informasi yang menjelaskan secara spesifik tentang varian MB.1.1. Bahkan katanya, varian tersebut belum masuk daftar VOI atau VUM oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Namun ia menduga tanda maupun gejala yang ditimbulkan varian MB.1.1 tidak jauh berbeda dengan varian Omicron di Indonesia. “Antara lain demam, pusing, batuk, sakit tenggorokan, mual dan muntah, serta nyeri sendi,” imbuhnya.
BACA JUGA: Cegah Risiko Kematian akibat Pneumonia, Jangan Tunda Vaksinasinya!
Cegah Keparahan COVID-19 dengan Vaksin Flu dan Pneumonia
Hingga kini belum ada perawatan yang efektif untuk mengurangi rawat inap pasien COVID-19, namun telah menjadi rekomendasi bahwa vaksin influenza dapat mengurangi keparahan COVID-19.
Penelitian kohort oleh Universitas Florida terhadap 2005 pasien positif COVID-19. Hasil penelitian membuktikan, pasien yang tidak menerima vaksinasi influenza dalam setahun terakhir memiliki peluang 2,44 lebih besar untuk dirawat di rumah sakit dan peluang 3,29 lebih besar untuk dirawat di ICU jika dibandingkan dengan mereka yang divaksinasi.
Studi lain juga membuktikan vaksinasi flu bisa mengurangi risiko kematian pada pasien COVID-19. Tim peneliti dari Roma, Italia pada 2020 mengamati 602 pasien COVID-19, terhadap mereka didata yang pernah mendapatkan vaksin flu dengan yang tidak, di mana ditemukan pasien COVID-19 berusia di atas 65 tahun memiliki prevalensi tinggi tidak mendapatkan vaksin flu.
Hasil penelitian yang telah disetujui Komite Etik Universitas Katolik Roma ini menemukan hasil risiko kematian yang lebih rendah pada hari ke-60 pada pasien yang divaksinasi flu, dibandingkan pada pasien yang tidak divaksinasi. Dengan demikian studi retrospektif tersebut menunjukkan bahwa vaksinasi flu dapat mengurangi angka kematian akibat COVID-19.
Survey yang juga dilakukan di Italia pada 2020 dengan melibatkan 198,828 responden melaporkan bahwa responden yang telah menerima vaksinasi pneumokokus pada tahun sebelumnya memiliki kemungkinan lebih rendah mendapatkan hasil tes SARS-CoV-2 positif dibandingkan dengan responden yang tidak divaksinasi.
BACA JUGA: Vaksin Flu untuk Karyawan: Solusi Sehat di Tempat Kerja
Sementara di beberapa negara Asia kasus COVID-19 sedang melonjak, di Indonesia sendiri kasusnya justru turun, namun ini tentu saja tidak boleh membuat kita lengah ya. Selalu waspada akan risiko penularannya khususnya bagi kamu yang memiliki mobilitas tinggi hingga ke luar negeri. Selalu lakukan upaya pencegahan dengan menerapkan protokol kesehatan.
Seperti dibuktikan lewat sejumlah penelitian, kamu juga direkomendasikan perlu mendapatkan vaksinasi flu. Vaksin flu memang tidak dapat mencegah infeksi virus Corona, namun ini dapat membantu mencegah keparahan gejala COVID-19 yang bisa menyebabkan pasien dirawat lebih lama dan bahkan perlu mendapatkan penanganan ICU di RS.
Jangan ragu berkonsultasi dengan dokter terpercaya kami melalui aplikasi Good Doctor Indonesia dengan klik link ini.
Referensi:
1.Tracking the molecular evolution and transmission patterns of SARS-CoV-2 lineage B.1.466.2 in Indonesia based on genomic surveillance data. (file:///D:/My%20Documents/Downloads/Transmisi%20Spesifik%20Indonesia.pdf)
2. The JN.1 variant of COVID-19: immune evasion, transmissibility, and implications for global health. (file:///D:/My%20Documents/Downloads/Transmisi,%20Prevention,%20Vaccine,%20Impact%20Global.pdf)
3.COVID-19 & FLU EXPRESS (file:///D:/My%20Documents/Downloads/Jenis,%20Surveillance%20Number.pdf)
4. SURAT EDARAN NOMOR SR.03.01/C/1422/2025 TENTANG KEWASPADAAN TERHADAP PENINGKATAN KASUS COVID-19.
(file:///D:/My%20Documents/Downloads/Surat%20Edaran%20Dirjen%20P2%20Nomor%20SR.03.01_C_1422_2025%20tentang%20Kewaspadaan%20terhadap%20Peningkatan%20Kasus%20COVID-19.pdf )
5. https://www.nationthailand.com , Thailand’s COVID-19 cases surge past 71,000 with 19 deaths. (https://www.nationthailand.com/news/general/40050055)
6. https://www.bangkokpost.com , Thailand logged 65k new Covid cases, 3 deaths last week: health minister .(https://www.bangkokpost.com/thailand/general/3040176/thailand-logged-65k-new-covid-cases-3-deaths-last-week-health-minister)
7. https://asianews.network , Surge in COVID-19 cases: Virus making a comeback in Thailand, Singapore, Hong Kong, US. (https://asianews.network/surge-in-covid-19-cases-virus-making-a-comeback-in-thailand-singapore-hong-kong-us/)
8. https://ugm.ac.id , COVID-19 Cases Rise Again in Asia, UGM Expert Urges Public Vigilance Despite Different Omicron Variant in Indonesia. (https://ugm.ac.id/en/news/covid-19-cases-rise-again-in-asia-ugm-expert-urges-public-vigilance-despite-different-omicron-variant-in-indonesia/)
9. https://cdn.who.int, WHO TAG-VE Risk Evaluation for SARS-CoV-2 Variant Under Monitoring: NB.1.8.1 . (https://cdn.who.int/media/docs/default-source/documents/epp/tracking-sars-cov-2/23052025_nb.1.8.1_ire.pdf?sfvrsn=7b14df58_4)
10. Human Vaccines & Immunotherapeutics , Protecting adults at risk of pneumococcal
infection and influenza from exposure to SARS- CoV-2. (file:///D:/My%20Documents/Downloads/Protecting%20adults%20at%20risk%20of%20pneumococcal%20infection%20and%20influenza%20from%20exposure%20to%20SARS-CoV-2-1.pdf)
11. Internal and Emergency Medicine, Effect of influenza vaccine on COVID‑19 mortality: a retrospective
Study. (file:///D:/My%20Documents/Downloads/Effect%20of%20Influeza%20vacc%20and%20COVID%20mortality.pdf)
12.JAm Board Fam Med. Influenza Vaccination and Hospitalizations Among COVID-19 Infected Adults.
(file:///D:/My%20Documents/Downloads/Influenza%20Vacc%20and%20Hospitalizations%20among%20COVID%2019%20Infected%20adults.pdf)