Share This Article
Memberikan ASI secara ekslusif merupakan impian bagi setiap ibu. Namun, untuk seorang ibu yang hidup dengan HIV, apakah penularan HIV melalui ASI bisa terjadi?
Tidak hanya itu, bayi bahkan mempunyai risiko tertular ketika masih di dalam kandungan. Virus dalam darah bisa masuk ke tubuh bayi ketika masa trimester akhir kehamilan, selama persalinan berlangsung, atau bahkan ketika menyusui.
Baca Juga: Tak Terduga, Ini Cara Penularan HIV yang Perlu Diwaspadai
Risiko penularan HIV melalui ASI ke bayi
Seorang ibu yang positif HIV, maka secara otomatis akan memiliki ASI yang mengandung HIV. Dengan demikian risiko penularan HIV melalui ASI ke bayi sangat memungkinkan.
Guna meminimalkan penularan HIV melalui ASI ke bayi, maka beralih ke susu formula merupakan pilihan yang tepat. Namun, jika kondisi tidak memadai, seperti masalah ekonomi, seorang ibu bisa tetap memberikan ASI dengan syarat ibu dan anak melakukan pengobatan antiretroviral.
Jika Moms menyusui, maka harus selalu menjalani perawatan dan menyusui secara ekslusif selama setidaknya enam bulan.
Faktor-faktor yang memengaruhi penularan HIV melalui ASI
Adapun faktor-farkor yang memungkinkan ibu menularkan HIV saat menyusui adalah:
Tantangan menjadi ibu baru
Menjadi seorang ibu baru, biasanya membuat mereka terlalu fokus kepada bayi, bahkan beberapa dari mereka bisa lupa untuk mengonsumsi obat HIV-nya.
Tidak meminum semua obat sesuai dengan resep atau melewatkan waktu pemeriksaan rutin dapat menyebabkan viral load atau jumlah virus HIV ibu meningkat, hal tersebut pun akan meningkatkan risiko bayi untuk tertular.
Peradangan pada usus bayi
Pada kasus ini, bisa terjadi ketika bayi mengalami muntah atau diare. Iritasi usus telah terbukti menjadi faktor risiko penularan HIV melalui ASI.
Hal tersebut dikarenakan virus bisa lebih mudah masuk ke aliran darah bayi melalui usus yang teriritasi.
Infeksi payudara
Infeksi payudara atau yang biasa disebut mastitis sangat umum dialami oleh ibu menyusui, baik ibu yang terinfeksi HIV ataupun tidak.
Mastitis bisa membahayakan, karena dapat meningkatkan viral load HIV. Hal ini juga bisa terjadi ketika seorang ibu belum merasakan gejala, dan menyadari jika ia sedang terkena mastitis.
Kesehatan puting susu
Tidak jarang puting pada ibu menyusui menjadi sakit atau pecah-pecah saat memberikan ASI. Jika itu terjadi pada ibu yang terinfeksi virus HIV, maka lebih baik untuk berhenti memberikan ASI terlebih dahulu.
Puting yang pecah-pecah dapat membuat bayi terpapar darah ibu mereka, dan akan meningkatkan risiko penularan HIV selama menyusui.
Pembengkakan payudara
Payudara ibu baru biasanya akan membesar secara alami, hal tersebut dikarenakan terlalu banyak air susu di dalamnya.
Namun, pembesaran payudara juga bisa meningkatkan viral load dalam ASI dan juga akan meningkatkan risiko bayi terkena HIV dari ibunya.
Menerapkan pengobatan antiretroviral membantu meminimalkan penularan HIV melalui ASI
Saat ini, belum ada obat untuk HIV/AIDS yang benar-benar bisa menyembuhkan. Namun, beberapa obat sudah bisa mengendalikan HIV, bahkan bisa mencegah komplikasi.
Obat-obat tersebut disebut dengan terapi antiretroviral (ART). Setiap orang yang didiagnosis maka wajib melakukan terapi tersebut. ART sendiri, biasanya dilakukan dengan cara mengkombinasikan tiga atau lebih obat dari beberapa jenis yang berbeda.
Cara tersebut memiliki peluang terbaik untuk menurunkan jumlah HIV dalam darah. Ada banyak pilihan ART yang menggabungkan tiga obat HIV menjadi satu pil. Pil tersebut biasanya konsumsi satu kali dalam sehari. Adapun terapi ini dilakukan untuk beberapa hal, seperti:
- Memperhitungkan resistensi obat (genotipe virus)
- Menghindari munculnya jenis HIV baru yang resistan terhadap obat
- Memaksimalkan penekanan virus di dalam darah.
Baca Juga: Serba-serbi MPASI: Waktu Pemberian yang Tepat dan Pilihan Asupannya
Cara lain untuk mencegah selain penularan HIV melalui ASI
Adapun cara lain yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan HIV ke bayi melalui ASI:
Memberi ASI secukupnya
Semakin sedikit ASI yang dikonsumsi oleh si kecil, maka semakin rendah kemungkinan bayi terjangkit HIV. Maka, berhenti memberikan ASI setelah bayi berusia 6 bulan.
Jangan mencampur ASI dengan makanan lain
Jika kamu memilih untuk menyusui, maka jangan konsumsi makanan pendamping ASI untuk bayi dibawah usia 6 bulan.
Hal tersebut dikarenakan, mencampur keduanya akan menganggu kenyamanan pada perut bayi dan meningkatkan risiko terkena HIV pada bayi.
Atau, kamu bisa berikan si kecil vitamin dan obat resep dari dokter agar nutrisi pada bayi tetap terpenuhi.
Melindungi bayi saat melahirkan
Jika kamu meminum obat sesuai dengan anjuran dokter, jumlah virus dalam tubuh akan berkurang. Pada sebagian orang, jumlah HIV dalam tubuh dapat berkurang hingga ke tingkat yang sangat rendah bahkan hingga virus tidak terdeteksi kembali (viral load tidak terdeteksi).
Oleh sebab itu, Moms bisa melakukan persalinan secara normal, karena risiko penularan HIV kepada bayi saat melahirkan sangat kecil.
Jika virus masih terdeteksi, kamu akan diarahkan untuk melakukan operasi Caesar untuk mengurangi risiko penularan.
Melindungi bayi saat menyusui
Ibu dan anak harus melakukan pengobatan secara bersama jika ibu ingin memberikan ASI ekslusif. Setelah bayi berusia diatas 6 bulan, disarankan untuk tidak lagi memberikan ASI.
Pastikan untuk mengecek kesehatan Anda dan keluarga secara rutin melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Download di sini untuk berkonsultasi dengan mitra dokter kami.