Share This Article
Vaginitis atau radang vagina yang menyerang organ kewanitaan tidak boleh dianggap remeh. Kondisi tersebut bisa membuatmu merasa tidak nyaman saat menjalani aktivitas sehari-hari. Penting untuk melakukan perawatan yang tepat agar vaginitis segera teratasi. Bagaimana caranya? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Apa itu vaginitis atau Radang Vagina?
Vaginitis adalah kondisi yang mengacu pada berbagai gangguan yang menyebabkan infeksi atau peradangan pada vagina. Dalam kasus ini, peradangan pada vagina bisa mengakibatkan keluarnya cairan, hingga muncul rasa gatal atau nyeri.
Dikutip dari Medscape, kondisi ini merupakan masalah yang umum terjadi pada wanita dewasa, sebaliknya jarang dialami oleh orang yang belum memasuki masa pubertas. Ada tiga jenis vaginitis yang paling umum terjadi, yaitu bakterial, infeksi jamur, dan parasit trikomonia.
Jenis bakterial menyumbang 40-50 persen dari total seluruh kasus vaginitis, diikuti infeksi jamur (20-25 persen), dan trikomonia (15-20 persen).
Baca Juga : Disebut Bisa Memuaskan Pasangan, Apa Itu Husband Stitch yang Diterima Wanita setelah Melahirkan?
Apa saja penyebab radang vagina?
Jika dilihat berdasarkan jenisnya, vaginitis bisa disebabkan atau dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah:
1. Bakteri
Vaginosis bakteri adalah penyebab paling umum dari vaginitis, dipengaruhi oleh perubahan bakteri normal yang ada di sekitar vagina, lalu memicu pertumbuhan beberapa organisme lain secara berlebih. Gardnerella vaginalis adalah salah satu bakteri pemicu jenis vaginitis ini.
2. Infeksi jamur
Vagina dan area sekitarnya adalah daerah yang lembap, rentan menjadi tempat berkembangnya jamur. Candida albicans adalah jamur yang paling sering menyebabkan vaginitis. Jamur yang sama juga dapat menjadi pemicu sariawan, ruam popok, dan infeksi pada area lembap lainnya.
3. Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah salah satu jenis infeksi menular seksual. Namun, penyakit ini secara tidak langsung juga bisa mengakibatkan vaginitis. Pemicunya adalah parasit bersel satu bernama Trichomonas vaginalis. Organisme tersebut lebih rentan menyebar lewat hubungan seksual dengan seseorang yang telah terinfeksi.
Sebenarnya, parasit ini juga bisa menginfeksi pria di saluran kemih, tapi sering kali tak menimbulkan gejala. Pada wanita, infeksi trikomoniasis dapat menyebabkan gejala dan meningkatkan risiko terkena infeksi menular seksual lainnya.
4. Penyebab lain
Tidak hanya tiga penyebab di atas, ada hal lain yang bisa menjadi pemicu kondisi ini pada wanita. Di antaranya adalah sabun atau detergen tertentu hingga produk spermisida. Benda asing seperti tampon juga bisa menimbulkan iritasi pada jaringan vagina, lalu menyebabkan vaginitis.
Begitu pula dengan penurunan kadar estrogen setelah memasuki masa menopause, bisa menyebabkan lapisan vagina menipis, terkadang memicu iritasi, rasa terbakar, dan kekeringan pada organ kewanitaan.
Apa saja gejalanya?
Tidak sedikit wanita yang keliru mengenali vaginitis. Sebab, beberapa tandanya hampir mirip seperti keputihan biasa. Normalnya, vagina mengeluarkan cairan jernih atau sedikit keruh, tidak menyebabkan iritasi dan dengan sedikit bau. Di akhir periode menstruasi, cairan yang keluar mungkin lebih kental.
Nah, jika cairan itu berbau dan mengiritasi, bisa jadi itu merupakan tanda dari kondisi ini. Ciri khas dari kondisi ini sendiri adalah perubahan warna, bau, dan jumlah cairan yang keluar dari vagina. Gejala lainnya meliputi munculnya rasa gatal di organ kewanitaan, perdarahan atau bercak, serta terasa sakit saat berhubungan seks dan buang air kecil.
Namun, jika dibedakan berdasarkan jenisnya, berikut ciri dan gejala vaginitis yang bisa kamu kenali:
- Bakterial: Keputihan berwarna putih keabu-abuan, berbau tak sedap (cenderung amis) terutama saat berhubungan seksual.
- Infeksi jamur: Gejala utamanya adalah gatal-gatal dan cairan vagina berwarna putih kental menyerupai keju cottage.
- Trikomoniasis: Cairan vagina berwarna kuning kehijauan, terkadang disertai busa.
Perawatan dan penanganan
Ada dua metode yang bisa dilakukan sebagai treatment untuk vaginitis, yaitu menggunakan obat-obatan dan cara alami rumahan, di antaranya:
Obat-obatan
Obat yang dipakai dibedakan berdasarkan jenis vaginitis yang dialami oleh wanita, yaitu:
- Bakterial: Metronidazole (oral atau topikal) dan clindamicyn (krim) yang dioleskan ke area vagina
- Infeksi jamur: Miconazole (krim), clotrimazole (krim), butoconazole (krim), tioconazole (salep), dan fluconazole (antijamur oral)
- Trikomoniasis: Metronidazole dan tinidazole.
Selain obat-obatan di atas, senyawa povidone-iodine (PVP-I) juga bisa bantu mengatasi kondisi ini. Menurut sebuah publikasi di Perpustakaan Kedokteran Nasional Amerika Serikat, kesembuhan kasus simtomatik dari vaginitis mencapai 73 persen setelah menggunakan perawatan povidone-iodine selama tujuh hari. Hebatnya, tidak ada komplikasi atau efek samping yang ditimbulkan dalam tujuh hari pengobatan berturut-turut tersebut.
Kesembuhan itu terjadi pada puluhan partisipan dengan kondisi sama yang disebabkan oleh jamur, trichomonas, dan infeksi patogen non-spesifik.
Perawatan rumahan
Selain menggunakan obat-obatan, kamu juga bisa melakukan cara alami untuk meredakan gejala dan mengatasi kondisi ini, yaitu dengan:
- Kompres dingin ke area labial vagina untuk redakan rasa ketidaknyamanan
- Konsumsi probiotik untuk menyeimbangkan bakteri baik di area vagina
- Gunakan celana dalam yang tidak ketat alias longgar
- Hindari sumber pemicu vaginitis, misalnya tampon, produk sabun atau detergen, hingga pembalut dari bahan tertentu.
Atasi vaginitis atau radang vagina bersama Betadine Vaginal Douche
Tak perlu bingung mencari produk perawatan yang tepat untuk mengatasi kondisi tersebut. Betadine Vaginal Douche bisa menjadi solusinya. Mengandung povidone-iodine 10 persen, Betadine Vaginal Douche adalah antiseptik kewanitaan untuk mengobati gejala iritasi, gatal-gatal & keputihan yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, candida albicans, dan Gardnerella vaginalis.
Hadir sebagai produk antiseptik kewanitaan, Betadine Vaginal Douche sudah dilengkapi aplikator yang memudahkanmu dalam penggunaannya. Untuk perawatan vaginitis, gunakan Betadine Vaginal Douche dua kali sehari, termasuk saat menstruasi.
Sedangkan untuk pengobatan gangguan ringan pada vagina seperti gatal dan perih, pakai setiap hari selama lima hari berturut-turut. Kamu juga bisa menggunakannya dua kali dalam seminggu sebagai pencegahan dan untuk menjaga kesehatan vagina. Bila terjadi gejala alergi, hentikan pemakaian dan konsultasikan dengan dokter. Yuk, cegah dan atasi vaginitis bersama Betadine Vaginal Douche!
Referensi:
- Mayo Clinic, diakses 8 Desember 2021, Vaginitis.
- Cleveland Clinic, diakses 8 Desember 2021, Vaginitis.
- Medscape, diakses 8 Desember 2021, What is the prevalence of vaginitis?
- UpToDate, diakses 8 Desember 2021, Approach to females with symptoms of vaginitis.
- American Family Physicians, diakses 8 Desember 2021, Vaginitis: Diagnosis and Treatment.
- University of New Hampshire, diakses 8 Desember 2021, Bacterial Vaginosis (BV).
- National Library of Medicine, diakses 8 Desember 2021, Effects of probiotics on the recurrence of bacterial vaginosis: a review.
- National Library of Medicine, diakses 8 Desember 2021, The efficacy of povidone-iodine pessaries in a short, low-dose treatment regime on candidal, trichomonal and non-specific vaginitis.