Share This Article
Belakangan ini berseliweran di media sosial baik berita maupun konten tentang demonstrasi, aksi anarkis yang menodai perjuangan demokrasi, pernyataan-pernyataan pejabat yang bikin geleng-geleng kepala, korupsi oknum pejabat, pembunuhan sadis, hingga kekerasan fisik.
Kamu mungkin enggak mau ketinggalan informasi terbaru. Tapi perlu diingat sering terpapar informasi negatif, efeknya juga tidak baik untuk kesehatan mental lho.
BACA JUGA: Parents, Ini Lho Dampak Media Sosial terhadap Anak saat Tumbuh Kembangnya
Fakta Paparan Berita Negatif Buruk untuk Kesehatan Mental
Survey yang dilakukan GrowTherapy (2025) terhadap 266 terapis menemukan, mayoritas terapis yakni 99,6 persen setuju kalau membaca berita punya dampak buruk bagi kesehatan mental individu yang membacanya.
Bukti ini turut memperkuat penelitian oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan University College London (2024) yang menemukan, responden punya suasana hati lebih baik setelah menjelajahi konten/berita positif. Sebaliknya, responden dengan kesehatan mental tidak stabil ternyata lebih tertarik melihat konten negatif, yang justru makin memperburuk kondisinya. Lebih dari 1.000 partisipan dilibatkan dalam penelitian ini.
“Orang-orang dengan kesehatan mental yang buruk cenderung mencari konten yang lebih negatif dan menimbulkan rasa takut, yang pada gilirannya memperburuk gejala mereka,” kata Christopher A. Kelly dari Stanford University’s, yang terlibat dalam penelitian tersebut.
Bagaimana Berita Negatif atau Sedih Bisa Merusak Kesehatan Mental?
Saat seseorang terus-menerus mengonsumsi informasi negatif, ini akan:
1.Memicu respons “fight or flight” (lawan atau lari)
Berita negatif membuat tubuh memproduksi lebih banyak adrenalin dan hormon stres. Ini juga yang dihasilkan tubuh saat seseorang merasa terancam. Gejalanya seperti detak jantung cepat, napas pendek, sakit perut, dan lainnya.
2.Meningkatkan gejala depresi dan kecemasan
Penelitian oleh The University of Sussex (2011) menunjukkan, gejala-gejala seperti depresi dan cemas bahkan meningkat hanya 14 menit setelah orang tersebut membaca berita negatif. Gejala-gejala itu menjadi lebih buruk karena mereka merasa tidak mampu memperbaiki situasi dari peristiwa yang diberitakan.
3.Memicu ketagihan (adiktif)
Judul berita yang bombastis (clickbait) dan algoritma media sosial dirancang untuk memandu seseorang agar menemukan dan bahkan terus kembali kepada web yang menyuguhkan konten atau berita negatif lainnya yang sejenis.
Tidak Mau Ketinggalan Informasi Tapi Juga Enggak Mau Kena Mental, Ini Tipsnya
Kuncinya, pastikan kamu tidak berlebihan dalam mengonsumsi berita atau konten negatif. Ini yang harus kamu lakukan agar mental tetap kokoh di tengah gempuran informasi negatif:
1.Batasi paparan
Mulai dengan batasi jumlah, di mana dan kapan kamu bisa membaca, mendengar atau menontonnya. Hindari selalu mengecek dan matikan notifikasi dari aplikasi web berita agar kamu tidak selalu penasaran dan mencari tahu berita apa yang terbaru.
Jika memungkinkan, usahakan tidak lebih dari 30 menit per hari kamu terpapar berita-berita tersebut.
2.Peka pada alarm tubuh
Setop menonton berita jika tubuh memberi kode:
-Otot mulai tegang
-Detak jantung meningkat
-Pikiran mulai berputar-putar.
Kalau kamu menonton lewat televisi, ubah chanel ke saluran hiburan yang lebih rileks, atau simpan telepon genggam dan matikan notifikasi.
3.Tenangkan diri dan cegah pikiran negatif
Mulai merasa cemas dan stres, ambil napas dalam atau meditasi untuk menenangkan diri. Ini akan membuat tubuh mengaktifkan sistem istirahat, serta membantu mematikan respons fight or flight.
4.Kenali pemicu untuk hindari paparan berita
Kenali subjek apa yang bisa memicu gejala kecemasan dan depresi. Misalnya ada orang yang sensitif dan reaktif pada berita kasus kekerasan, sementara orang lainnya sensitif pada kasus global. Setelah mengindentifikasi triger-nya, kamu akan lebih mudah membatasi konten-konten apa saja yang boleh dan tidak.
5.Perhatikan sumber berita
Pastikan informasi yang kamu dapatkan berasal dari sumber yang akurat dan memberikan beragam perspektif.
6.Alihkan ke aktivitas yang lebih menyenangkan
Alih-alih selalu memikirkan perkembangan peristiwa, lakukan lebih banyak hal yang lebih menyenangkan dan memberi kepuasan diri. Seperti aktivitas sosial, praktik spiritual, olahraga, hobi kreatif, menulis jurnal, atau menghabiskan waktu bersama dengan keluarga dan hewan peliharaan.
Ingat, kemajuan teknologi informasi yang memungkinkan ujung jarimu bisa menjelajahi ratusan sumber berita, tidak serta merta mengharuskanmu ‘memakan’ semua berita tersebut hingga kamu merasa mual dan ingin memuntahkannya.
“Pentingnya menerima bahwa kita tidak harus selalu tahu segalanya. Dengan begitu, kita memberi ruang bagi pikiran kita untuk bernapas di tengah derasnya arus informasi yang tidak selalu ramah bagi jiwa,” saran psikolog dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Nur Islamiah, M.Psi.
BACA JUGA: Doomscrolling: Makin Meningkat di Masa Pandemi COVID-19, Apakah Kamu Juga Mengalaminya?
Kalau kamu merasa kesulitan mengontrol rasa penasaran bahkan kecanduan untuk terus terinformasi, jangan ragu untuk konsultasi melalui aplikasi telemedicine Good Doctor Indonesia. Dokter terpercaya kami siap melayani 24/7. Klik link ini.
Referensi :
1.Mental Health America, Negative news coverage and mental health. Diakses 2 September 2025.
https://mhanational.org/resources/negative-news-coverage-and-mental-health/
2. Grow Therapy , The negative effects of news and how to protect your mental health (2025). Diakses 2 September 2025.
3. Massachusetts Institute of Technology (MIT), Study: Browsing negative content online makes mental health struggles worse(2024). Diakses 2 September 2025.
4.Kelly, C.A., Sharot, T. Web-browsing patterns reflect and shape mood and mental health. Nat Hum Behav 9, 133–146 (2025). https://doi.org/10.1038/s41562-024-02065-6. Diakses 2 September 2025.
5. Johns Hopkins University & Medicine, Protecting Our Mental Health from Negative News Coverage. Diakses 2 September 2025.
https://hr.jhu.edu/wp-content/uploads/JHEAP_Negative-News-Coverage-and-Mental-Health.pdf
6. Johnston, W.M. and Davey, G.C.L. (1997), The psychological impact of negative TV news bulletins: The catastrophizing of personal worries. British Journal of Psychology, 88: 85-91. https://doi.org/10.1111/j.2044-8295.1997.tb02622.x. Diakses 2 September 2025.
7.IPB University, Negative News is Almost Relentless, IPB University Psychologist: Avoid News Consumption in the Morning and Before Bed (2025). Diakses 2 September 2025.