Share This Article
Selain anjing, kucing adalah salah satu hewan yang sering dijadikan peliharaan di rumah. Sayangnya, meski lucu dan menggemaskan, bulu dari hewan tersebut bisa menyebabkan alergi, lho. Alergi bulu kucing ditandai dengan bintik kemerahan, bersin, dan sejumlah gejala lain.
Lantas, mengapa seseorang bisa mengalami alergi bulu kucing? Apakah alergi tersebut dapat disembuhkan? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Kondisi alergi bulu kucing
Mengutip Mayo Clinic, bulu dan kulit mati dari hewan sering kali menjadi pemicu utama sensitivitas tubuh, terutama bagi orang yang mempunyai alergi. Jika dibandingkan dengan anjing, kasus alergi bulu kucing ditemukan lebih banyak hampir dua kali lipat.
Bahkan, tak hanya pada yang memiliki riwayat sensitivitas, orang-orang yang sebelumnya tak mempunyai alergi pun juga dapat mengalami gejala yang sama jika tak sengaja menghirup alergen, dalam hal ini adalah bulu kucing.
Baca juga: 3 Jenis Alergi Ini, Paling Umum Terjadi di Indonesia Lho!
Penyebab alergi bulu kucing
American Academy of Allergy Asthma and Immunology menjelaskan, penyebab utama dari alergi ini adalah protein yang ada pada bulu kucing. Protein yang sama juga bisa ditemukan pada bagian lain, seperti urine dan air liurnya.
Tak hanya itu, bulu hewan peliharaan dapat ‘mengumpulkan’ serbuk sari, spora, jamur, dan alergen dari luar ruangan lain, sehingga bisa memicu reaksi alergi. Sebenarnya, alergen adalah zat yang tidak berbahaya, namun sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan dalam menanggapinya.
Alergi sendiri terjadi ketika sistem imun merespons secara berlebihan terhadap zat asing dari luar yang masuk ke dalam tubuh. Respons tersebut ditunjukkan dengan pengaktifan histamin, hormon yang bertanggungjawab atas munculnya ruam atau bintik kemerahan di kulit.
Pada orang-orang yang telah memiliki asma, bulu kucing mungkin bisa memperburuk keadaan, seperti menimbulkan batuk hingga sesak napas.
Ciri-ciri alergi bulu kucing
Pada umumnya, gejala dari alergi jenis apapun cenderung sama. Gejala alergi bisa terjadi ketika kamu terpapar dengan alergen. Tak harus sampai terhirup masuk, alergen yang menempel di hidung atau mata sudah bisa memicu reaksi tertentu.
Seseorang yang alergi terhadap bulu dapat terus mengalami gejala bahkan setelah kucingnya tidak ada lagi di tempat itu. Ini karena bulu kucing bisa hinggap di benda seperti furnitur, karpet, pakaian, dan seprai.
Berikut beberapa tanda dan ciri-ciri alergi bulu kucing yang paling umum:
- Muncul bintik kemerahan di kulit
- Ruam di area tubuh yang bersentuhan dengan alergen
- Gatal-gatal
- Gejala pernapasan seperti bersin, hidung tersumbat, dan batuk
- Iritasi pada mata yang bisa menyebabkan kemerahan
- Serangan asma pada penderita asma.
Gejala alergi kucing biasanya berlangsung ringan, sangat jarang yang mengalami reaksi parah hingga terjadi syok anafilaksis. Anafilaksis adalah kondisi yang dapat menyebabkan sulit bernapas dan menurunkan tekanan darah hingga ke tingkat yang berbahaya.
Jika seseorang mengalami reaksi alergi sampai kesulitan bernapas atau merasa tersedak setelah kontak fisik dengan kucing, segera cari perawatan darurat. Sebab, anafilaksis merupakan kondisi yang bisa mengancam nyawa.
Bisakah alergi disembuhkan?
Mengutip WebMD, alergi (apapun jenisnya) tidak bisa disembuhkan. Hal yang dapat kamu lakukan adalah mengobati dan mengontrol gejalanya. Obat alergi seperti antihistamin dijual bebas dan mudah didapatkan. Dekongestan juga bisa meredakan gejala pada sistem pernapasan.
Tapi, jika reaksi alergi sering muncul secara berlebihan, imunoterapi mungkin bisa sedikit membantu. Imunoterapi berupa suntikan, tablet, atau obat tetes dapat mengurangi sensitivitas imun ketika ada alergen yang masuk ke dalam tubuh, meski tidak secara total.
Baca Juga: Jangan Diabaikan, Kenali Penyebab Alergi pada Anak Sebelum Terlambat Ditangani
Pencegahan terhadap alergi
Pencegahan adalah hal yang penting dilakukan agar tubuh tak mengalami reaksi terhadap alergen. Pada kasus alergi bulu kucing, langkah-langkah pencegahan itu meliputi:
- Hindari melakukan kontak fisik dengan kucing, seperti menyentuh, memeluk, dan mencium
- Waspadai pengunjung atau tamu yang memiliki kucing, karena bisa menjadi perantara alias membawa bulu hewan peliharaan yang tertinggal di pakaian
- Jika tinggal bersama kucing, minta anggota keluarga untuk membersihkan area yang pernah ditempati hewan tersebut
- Jangan biarkan kucing berkeliaran dengan bebas di dalam rumah, terutama kamar
- Usahakan agar kucing lebih sering berada di luar ruangan
- Pembersih udara sentral atau filter khusus bisa membantu mencegah bulu kucing yang menyebar ke seluruh rumah.
Nah, itulah ulasan tentang alergi bulu kucing yang perlu kamu tahu. Untuk meminimalkan reaksi alergi yang muncul, lakukan langkah-langkah pencegahan seperti yang telah disebutkan, ya!
Konsultasikan masalah kesehatan kamu dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!