Share This Article
Insiden meninggalnya Vanessa Angel dan suaminya, Febri Adriansyah akibat kecelakaan tunggal menyisakan banyak pelajaran berharga. Salah satunya adalah tentang bahaya bermain handphone ketika sedang menyetir.
Seperti diberitakan, kepada penyidik Polda Jawa Timur, sang sopir Vanessa, Tubagus Muhammad Joddy sudah mengaku bahwa ia sempat bermain handphone saat menyetir, sesaat sebelum kecelakaan naas itu terjadi.
Kebiasaan bermain handphone ketika menyetir memang masih banyak dianggap remeh oleh sebagian orang. Padahal dampaknya bisa fatal terhadap keselamatan kamu selama di perjalanan.
Teruskan membaca artikel di bawah untuk mengetahui apa saja bahaya bermain handphone ketika mengemudi.
Baca juga: 5 Cara Ini Ampuh Tingkatkan Konsentrasi Kamu Lho
Seberapa berbahaya mengemudi sambil bermain handphone?
Menyetir adalah tugas yang sangat kompleks dan butuh perhatian penuh. Apabila kamu mengalihkan pandangan dari jalan saat mengemudi karena bermain ponsel, ini bisa mengancam keselamatanmu di jalan.
“Studi menunjukkan bahwa mengemudi sambil berbicara di telepon seluler sangat berbahaya dan menempatkan pengemudi pada risiko kecelakaan empat kali lebih besar,” kata Janet Froetscher, CEO dari The National Safety Council.
Tingginya pengaruh kebiasaan ini terhadap tingkat kecelakaan dapat dilihat dari hasil studi Harvard Center of Risk Analysis. Di situ disebutkan bahwa penggunaan ponsel saat mengemudi berkontribusi terhadap sekitar 6 persen kecelakaan.
Ini setara dengan 636.000 kecelakaan, 330.000 cedera, 12.000 cedera serius dan 2.600 kematian setiap tahun. Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa kebiasaan bermain ponsel berperan besar dalam meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Alasan bermain handphone ketika menyetir berbahaya
Tak bisa dipungkiri aktivitas yang padat membuat sebagian orang melakukan banyak tugas dalam waktu yang sama. Meski ada yang berpikir ini efektif, tapi itu bisa mematikan ketika kamu sedang mengemudi. Berikut beberapa alasannya:
1. Mengurangi kecepatan respons pengendara
Melakukan kegiatan lain di luar menyetir, yakni bermain ponsel, bisa memecah konsentrasi pengemudi. Hal ini ternyata dapat mengurangi kecepatan reaksi pengendara, misalnya ketika harus mengerem kendaraan, sampai dengan 18 persen.
Ini disampaikan dalam sebuah laporan bertajuk Cellular Phone Use and Driving: A Dangerous Combination, yang diterbitkan oleh Ontario Medical Association (OMA). Laporan mengutip jurnal karya David L. Strayer dan Frank Dews, peneliti asal University of Utah.
Tak hanya itu, penurunan tersebut juga berdampak pada meningkatnya jarak antara kendaraan sampai dengan 12 persen, dan mengurangi reaksi pengemudi ketika hendak mengembalikan kecepatan sampai dengan 17 persen.
Ini semua pada gilirannya dapat meningkatkan risiko terjadinya tabrakan antar kendaraan.
2. Rentan membuat pengemudi lalai memperhatikan jalan
Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, mengatakan bahwa menyetir sambil bermain handphone, empat kali lebih berisiko mengalami kecelakaan dibanding mengemudi dalam kondisi mabuk.
Ini disebabkan saat bermain ponsel, pengemudi tidak lagi menaruh perhatian penuh terhadap kondisi jalan yang dilewatinya maupun situasi di sekelilingnya.
Jusri bahkan mengatakan bahwa menurut hasil penelitian, di Inggris ada tiga jenis perilaku pemakaian ponsel ketika menyetir. Pertama adalah mengirim dan membaca pesan, kedua berbicara di telepon tanpa wireless, dan terakhir berkomunikasi dengan mode hands free.
Ketiga-tiganya diketahui memiliki pengaruh buruk pada tingkat konsentrasi saat mengemudi, baik dari aspek kemampuan persepsi maupun motorik.
3. Mengganggu kemampuan kognitif
Dilansir dari The Conversation, menerima percakapan melalui ponsel selama menyetir dapat mengganggu kemampuan kognitif pengemudi.
Ya, obrolan saat menyetir seringkali membutuhkan proses berpikir yang cukup rumit karena otak harus menyiapkan respons terhadap pembicaraan tersebut. Padahal di saat yang sama, tingkat kesulitan saat menyetir di jalan juga memerlukan hal yang sama.
Kedua aktivitas tersebut lalu akan bersaing untuk sumber daya kognitif yang terbatas. Sehingga pengemudi akan sulit memprioritaskan keselamatan di jalan ketimbang isi pembicaraan.
Hal ini diperkuat temuan studi Marcel Just di Carnegie Mellon University yang dilakukan dengan meminta peserta berkendara di sepanjang jalan berliku dengan simulator yang belum sempurna. Perjalanan dikendalikan melalui mouse, dan sambil berbaring di pemindai MRI untuk merekam aktivitas otak.
Dalam satu kondisi, peserta harus terlibat dalam tugas pemahaman kalimat saat mengemudi, mirip dengan terlibat dalam percakapan telepon seluler. Dibandingkan dengan uji coba kontrol, perilaku kemudi dalam kondisi “tugas ganda” ini jauh lebih buruk, dengan lebih seringnya menabrak tepi jalan.
Baca juga: Yum… Intip 7 Makanan untuk Meningkatkan Kinerja Otak Orang Dewasa
Jaga kesehatan kamu dan keluarga dengan konsultasi rutin bersama mitra dokter kami. Download aplikasi Good Doctor sekarang, klik link ini, ya!