Perbedaan Omicron dan Varian COVID-19 Lainnya, Berikut 4 Daftarnya!
Omicron adalah salah satu varian COVID-19 yang menyita perhatian global belakangan ini. Salah satu penyebabnya adalah tingkat penyebaran yang lebih tinggi ketimbang varian lain. Tak hanya itu, masih ada hal yang perlu kamu tahu soal perbedaan antara Omicron dengan varian lainnya.
Apa saja perbedaan itu? Yuk, cari tahu lebih lanjut dengan ulasan lengkap di bawah ini!
Perbedaan Omicron dengan varian COVID-19 lainnya
Setidaknya ada empat hal yang bisa membedakan Omicron dengan varian COVID-19 lainnya. Mulai dari risiko penularan hingga efektivitas vaksin dalam melawannya.
1. Risiko penularan
Hal yang menjadi kekhawatiran banyak pihak di seluruh dunia tentang Omicron adalah risiko penyebarannya. Menurut penjelasan Centers for Disease Contarol and Prevention (CDC), varian Omicron teridentifikasi punya transmisi yang sangat cepat.
Ini bisa dilihat di beberapa negara, kasus varian tersebut bisa mendominasi hanya dalam hitungan pekan. Di Amerika Serikat misalnya, Omicron sudah menyebabkan 73 persen kasus dari seluruh angka COVID-19 pada Desember tahun lalu.
Sebelumnya, menurut Dr Ulrich Elling, ahli biologi molekuler di Institute of Molecular Biotechnology, Wina, Omicron mungkin lima kali lebih menular dari varian Delta. Penyebabnya adalah mutasi virus yang “tidak biasa” dan “sangat berbeda” dari varian lainnya.
Prof Tulio de Oliveira, direktur Center for Epidemic Response and Innovation di Afrika Selatan, menjelaskan, Omicron mempunyai 50 mutasi secara keseluruhan dan lebih dari 30 mutasi pada spike protein.
Baca juga: COVID-19 Varian IHU Muncul di Prancis, Benarkah Bisa Turunkan Efektivitas Vaksin?
2. Tingkat keparahan
Meski memiliki tingkat penularan lebih tinggi, gejala dari Omicron diyakini tidak lebih parah dari varian lain, terutama Delta. Berdasarkan penjelasan Dr Angelique Caoetzee, Kepala Asosiasi Medis Afrika Selatan, gejala varian Omicron sejauh ini ringan dan dapat dirawat secara mandiri.
Ada satu alasan yang dikemukakan oleh ilmuwan, yaitu Omicron tidak atau jarang menginfeksi sel-sel yang lebih dalam di paru-paru, melainkan di saluran pernapasan bagian atas. Omicron lebih sering menginfeksi sel bronkus, saluran penghubung tenggorokan dan paru-paru.
Sedangkan varian Delta, mampu menjangkau bagian dalam paru-paru. Replikasi saluran napas bawah merupakan salah satu alasan munculnya penyakit parah dari COVID-19.
UK Health Security Agency juga menyatakan, kasus rawat inap akibat Omicron tak setinggi varian COVID-19 lainnya. Di Inggris, jika dibandingkan dengan Delta, kasus rawat inap akibat Omicron sekitar sepertiganya.
3. Efektivitas vaksin
Selain risiko penularan, salah satu kekhawatiran akibat munculnya Omicron adalah dampaknya pada efektivitas vaksin. Sebuah laporan menyebutkan, efektivitas vaksin COVID-19 diyakini menurun dari 90 persen (November 2021) menjadi 50 persen saat ada Omicron.
Mengapa bisa begitu? Menurut sebuah penelitian, jika dibandingkan dengan Delta, varian Omicron memiliki mutasi yang lebih banyak pada spike protein.
Banyaknya mutasi bisa mengganggu respons imun serta memengaruhi kemampuan antibodi yang terbentuk dari vaksin untuk mengenali virus serta mencegah ancaman infeksi.
Maka dari itu, sejumlah negara mulai merencanakan pemberian dosis booster vaksin COVID-19 untuk warganya. Orang yang mendapatkan dosis ketiga dari vaksin dipercaya memiliki tingkat ‘antibodi penawar’ yang sebanding dengan mutasi Omicron.
4. Cara deteksi
Cara mendeteksi keberadaan varian Omicron di tubuh seseorang adalah dengan tes polymerase chain reaction S gene target failure (PCR SGTF). Metode ini fokus untuk mendeteksi genome varian Omicron atau B.1.1.529.
Hasil dari tes bisa diketahui sekitar empat hingga lima jam setelah pengambilan sampel dari pasien. Jika tidak terdeteksi gen S yang dimaksud, kemungkinan besar orang tersebut terinfeksi COVID-19 varian Omicron.
Menurut Budi Gunawan Sadikin, Menteri Kesehatan, hasil dari metode tersebut bisa diketahui lebih cepat dari tes PCR whole genome sequence (WGS) yang membutuhkan waktu hingga lima hari. WGS sendiri telah dipakai untuk mendeteksi varian lain sebelum kemunculan Omicron.
Sampel yang diidentifikasi sebagai positif dianggap sebagai probable varian Omicron. Artinya, tetap membutuhkan pemeriksaan WGS untuk mengetahui hasil lebih lanjut. SGTF hanya berperan sebagai marker, karena hanya mendeteksi salah satu mutasi khas Omicron.
Nah, itulah empat perbedaan antara Omicron dengan varian COVID-19 lainnya. Untuk meminimalkan risiko terpapar, selalu terapkan protokol kesehatan di mana pun kamu berada, ya!
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!
Sudah punya asuransi kesehatan dari perusahaan tempatmu bekerja? Ayo, manfaatkan layanannya dengan menghubungkan benefit asuransi milikmu ke aplikasi Good Doctor! Klik link ini, ya.
- MedRxiv, diakses 11 Januari 2022, Early signals of significantly increased vaccine breakthrough, decreased hospitalization rates, and less severe disease in patients with COVID-19 caused by the Omicron variant of SARS-CoV-2 in Houston, Texas.
- BioRxiv, diakses 11 Januari 2022, SARS-CoV-2 Omicron spike mediated immune escape, infectivity and cell-cell fusion.
- The Wall Street Journal, diakses 11 Januari 2022, New Omicron Studies Help Explain Why Variant Is Mild but Spreads Fast.
- NBC New York, diakses 11 Januari 2022, See COVID Vaccine Efficacy Against Omicron Infection, Severe Disease in One Chart.
- NBC News, diakses 11 Januari 2022, Omicron variant accounts for 73 percent of new Covid cases in U.S.
- Nature, diakses 11 Januari 2022, Omicron likely to weaken COVID vaccine protection.
- DW, diakses 11 Januari 2022, COVID: What we know about the omicron variant.
- Reuters, diakses 11 Januari 2022, S.African doctor says patients with Omicron variant have “very mild” symptoms.
- Reuters, diakses 11 Januari 2022, Omicron hospitalisation risk around one third of Delta, UK analysis shows.
- BBC, diakses 11 Januari 2022, Omicron: How worried should we be?
- CNN Indonesia, diakses 11 Januari 2022, Ahli Ulas Proses PCR SGTF Deteksi Corona Omicron.
- Detik, diakses 11 Januari 2022, Menkes Siapkan PCR Baru 3-4 Jam Bisa Deteksi Omicron, Tes SGTF?
- Covid-19
3 Cara Cek Oksigen dalam Darah, Salah Satunya Bisa Dilakukan di Rumah!
- Covid-19
Muncul Subvarian Baru di Singapura, Apa Saja Gejala Omicron XBB?
- Covid-19
Virus Corona Bisa Bertahan pada Anak Berminggu-minggu Tanpa Gejala, Benarkah?
- Covid-19
Sudah Masuk ke Indonesia, Apa Saja Gejala Omicron BA4 BA5?
- Covid-19
Agar Lezat dan Tetap Sehat, Ini Tips Memasak Daging Kambing yang Tepat