Share This Article
Baru-baru ini para peneliti berhasil melakukan pengobatan kanker kandung kemih dengan menggunakan racun antraks. Lalu apakah benar racun antraks bisa menjadi obat untuk mengatasi kanker? Berikut penjelasannya!
Apa itu antraks?
Melansir penjelasan laman The Conversation, antraks adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Penyakit ini melepaskan racun yang menyebabkan kulit rusak dan membentuk bisul, serta memicu pneumonia, nyeri otot dan nyeri dada.
Namun banyak yang belum tahu, bahwa racun dari antraks ini telah digunakan secara terkenal sebagai senjata biologis.
Penelitian tentang racun antraks untuk obati kanker
Menurut Centers for Disease Control and Prevention yang dilansir laman Medical News Today, sekitar 74 ribu orang menderita kanker kandung kemih setiap tahun di Amerika Serikat. Dari jumlah tersebut, hampir 17 ribu orang meninggal.
Namun, sayangnya saat ini terjadi kekurangan pasokan obat untuk mengatasi jenis kanker tersebut.
Para peneliti dari Purdue University di West Lafayette kemudian mulai menyelidiki penggunaan racun antraks, yang diproduksi oleh bakteri bacillus anthracis.
Racun antraks ini telah dicoba penggunaannya kepada hewan dan manusia untuk mengobati kanker. Hasilnya pun ternyata terbilang cukup sukses. Para peneliti mempublikasikan temuan terbaru tersebut di International Journal of Cancer.
Pengobatan racun antraks untuk atasi kanker
Benarkah racun antraks bisa digunakan untuk mengatasi kanker? Berikut ulasannya:
Sel kandung kemih
Melansir penjelasan laman Medical News Today, pada awalnya sel payung di dalam tubuh untuk melindungi sel kandung kemih agar tidak bersentuhan dengan urine dan mereka melakukannya dengan beberapa cara berbeda.
Pertama, mereka membentuk persimpangan yang rapat, di mana membran sel dari sel yang berdekatan terhubung untuk membentuk penghalang.
Kedua, mereka menghasilkan lapisan pelindung yang terdiri dari protein yang disebut uroplakin. Dan ketiga, mereka mengandung lapisan isolasi glikosaminoglikan.
Sel kanker kandung kemih
Namun sebaliknya, sel kanker kandung kemih tidak membentuk sambungan yang rapat. Mereka juga hampir tidak memiliki uroplakin, dan lapisan glikosaminoglikan yang ada tidak terkumpul dengan baik.
Perbedaan ini memberikan peluang besar untuk mengobati tumor sambil meminimalkan efek pada sel normal.
Namun, karena cairan bergerak melalui kandung kemih dengan relatif cepat, penting agar setiap obat kanker ditargetkan dan bekerja dengan cepat.
Selama beberapa dekade, para ilmuwan seperti yang dilansir laman Medical News Today telah mengetahui bahwa sel kanker kandung kemih menghasilkan jumlah epidermal growth factor receptors (EGFR) yang sangat tinggi.
Baca juga: 13 Efek Samping Pengobatan Kanker pada Anak, Moms Perlu Tahu!
Upaya pengobatan kanker kandung kemih
Upaya sebelumnya dengan menargetkan EGFR untuk mengobati kanker kandung kemih ternyata tidak berhasil. Hal ini membuat EGFR harus bekerja dengan benar dan menggunakan obat tersebut.
Namun dalam sel kanker kandung kemih, reseptor ini tidak selalu berfungsi normal, dan senyawa pembunuh kanker mungkin tidak mencapai target yang diinginkan.
Demi memperbaiki proses pengobatan kanker kandung kemih ini, para ilmuwan menggabungkan faktor pertumbuhan epidermal dengan toksin antraks, yang dapat memasuki sel secara mandiri.
Dengan kombinasi ini, pengobatan menggunakan antraks dapat berjalan efisien menargetkan dan menghilangkan sel tumor kandung kemih yang diuji pada manusia, tikus, dan anjing.
Penemuan racun antraks sebagai obat kanker kandung kemih
Inti dari penelitian ini seperti yang dilansir dari laman Medical News Today adalah untuk menemukan efek menguntungkan agar efektivitas pengobatan terjadi dalam beberapa menit saja, bukan beberapa jam.
Dalam International Journal of Cancer, dijelaskan bahwa apabila terjadi kebocoran dari kandung kemih ke dalam suplai darah, mereka hanya akan membutuhkan racun antraks dalam jumlah yang cukup kecil dan terbilang sudah aman.
Hingga saat ini, menurut penelitian tersebut diketahui bahwa pendekatan racun antraks ini lebih aman daripada pendekatan berbasis toksin lainnya yang dilaporkan dalam literatur.
Di jurnal tersebut disebutkan pula bahwa penemuan ini bisa menjadi titik balik dalam pengobatan kanker kandung kemih.
Meski studi terbaru ini berfokus pada kanker kandung kemih, para peneliti berharap di masa mendatang, para ilmuwan dapat menggunakan teknik ini untuk melawan jenis kanker lain. Termasuk seperti kanker paru-paru dan kulit.
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!