Share This Article
Pernahkah kamu mendengar istilah survivor guilt? Survivor guilt adalah rasa bersalah yang timbul pada orang-orang yang selamat dari sebuah kejadian yang mengancam nyawa.
Biasanya perasaan ini timbul karena ia selamat, sementara orang lain yang juga terlibat dalam peristiwa tersebut tidak. Atau bisa juga timbul karena merasa bersalah sebab tidak dapat menyelamatkan orang lain yang terlibat di peristiwa tersebut.
Kondisi ini biasanya timbul pada orang-orang yang selamat dari bencana alam, korban bencana, kecelakaan, dan tragedi mematikan lainnya. Lalu bagaimana cara mengatasi kondisi ini? Berikut ulasannya!
Apakah survivor guilt merupakan gangguan mental?
Berdasarkan data Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM–5), survivor’s guilt termasuk dalam gejala gangguan stres pasca trauma atau PTSD.
Kondisi ini dapat dilihat sebagai salah satu gejala PTSD yang berhubungan dengan kognitif dan suasana hati, yang meliputi perasaan bersalah yang terdistorsi dan pikiran negatif tentang diri sendiri.
Namun perlu dicatat, bagaimanapun, orang yang mengalami survivor guilt belum tentu mengalami PTSD. Mereka juga dapat mengalami PTSD tanpa merasa bersalah sebagai penyintas.
Gejala survivor guilt
Gejala dan tanda survivor guilt dapat berbeda dari satu individu ke individu lainnya. Selain itu, gejalanya juga dapat berbeda tergantung pada peristiwa traumatis yang mereka alami.
Melansir Mental Health Center, berikut beberapa gejala umum dari survivor guilt:
- Merasa bersalah karena masih hidup ketika yang lain tidak
- Obsesif atas analisis tindakan mereka selama peristiwa
- Perubahan suasana hati dan ledakan kemarahan
- Perasaan tidak berdaya
- Masalah sosial atau isolasi
- Pikiran bunuh diri
- Sulit tidur
- Kurangnya motivasi dan depresi
- Gejala fisik seperti sakit kepala, sakit perut, dll.
- Kerap mengalami kilas balik
Seiring dengan perasaan bertanggung jawab atas peristiwa, bahkan ketika ia tidak dapat melakukan apapun untuk mengubah apa yang terjadi.
Orang dengan survivor guilt mungkin juga memiliki keyakinan negatif yang menyimpang atau ekstrem tentang dirinya atau dunia secara umum.
Orang dengan survivor guilt mungkin akan mulai:
- Melihat diri sendiri sebagai orang jahat dan percaya bahwa ia pantas mendapatkan semacam hukuman
- Percaya bahwa ia tidak bisa mempercayai siapapun
- Mempertanyakan keyakinan spiritual
- Menganggap dunia sebagai tempat yang sepenuhnya tidak adil atau berbahaya
Kenapa survivor guilt bisa terjadi?
Penyebab pasti kenapa survivor guilt dapat muncul sebenarnya tidak diketahui. Namun, para ahli percaya bahwa faktor-faktor berikut dapat berperan.
Gejala survivor guilt mungkin berasal dari, atau diperburuk oleh, riwayat traumatis masa lalu seseorang termasuk trauma masa kecil, depresi, genetika, dan penyalahgunaan zat narkotika.
Cara mengatasi survivor guilt
Mendapatkan perawatan yang tepat itu sangat penting. Tidak hanya dapat mengurangi kesejahteraan mental dan kualitas hidup, survivor guilt juga dapat menimbulkan risiko serius, terutama jika gejala PTSD lainnya juga ada.
Jika kamu atau orang sekitar kamu mengalami gejala survivor guilt, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membantu mengatasinya:
1. Tak apa bersedih, dan mulai menerima
Lolos dari peristiwa mengancam nyawa pastinya bisa membuat kamu berduka, jadi tak apa merasa sedih dan berduka.
Terima dan biarkan perasaan itu muncul ke permukaan. Luangkan waktu untuk memproses rasa bersalah, kesedihan, ketakutan, dan kehilangan yang menyertai peristiwa traumatis dan hilangnya nyawa.
Jika perasaan ini berlebihan atau tidak mulai menjadi lebih mudah dikendalikan dari waktu ke waktu, penting bagi seseorang untuk mencari bantuan.
2. Berlatih memaafkan diri sendiri
Berduka boleh, akan tetapi jangan lupa untuk mulai melatih memaafkan diri sendiri atas apa yang sudah terjadi.
Bahkan jika tindakan kamu bertanggung jawab atas kerugian orang lain, belajar bagaimana memaafkan diri sendiri dapat membantu kamu bergerak maju dan mendapatkan kembali pandangan positif.
Ingatlah bahwa perasaan ini biasa terjadi. Mengalami rasa bersalah tidak berarti bahwa kamu benar-benar bersalah atau melakukan sesuatu yang salah.
Kesedihan, ketakutan, kecemasan, dan rasa bersalah adalah respons yang sangat normal terjadi setelah kamu mengalami tragedi.
3. Lakukan hal positif
Mengalami peristiwa yang melibatkan kehilangan atau potensi kehilangan nyawa adalah hal yang menakutkan dan luar biasa.
Kamu bisa mulai melakukan berbagai aktivitas yang dapat membantu proses pemulihan pasca trauma, seperti:
- Bermeditasi
- Membuat jurnal
- Menciptakan karya seni
- Mendengarkan musik yang menenangkan
- Mencoba aromaterapi
Bahkan kadang hanya melakukan hal-hal sederhana untuk orang lain dapat membantu meringankan perasaan bersalah.
4. Ceritakan dengan orang terdekat
Berbagi perasaan dengan orang terdekat baik teman, sahabat, atau keluarga bisa membantumu melewati masa sulit ini.
Dukungan emosional dari orang yang dicintai dapat membuat perbedaan besar setelah trauma. Kamu juga bisa bergabung dengan penyintas lain dan saling berbagi cerita dalam sebuah forum dukungan.
5. Dapatkan bantuan profesional
Jika kamu terus mengalami rasa bersalah yang intens, mengalami kilas balik, mimpi yang mengganggu, dan gejala PTSD lainnya, sebaiknya pertimbangkan untuk mendapatkan bantuan profesional.
Mulai dari berbicara dengan dokter atau psikoterapis yang memiliki spesialisasi menangani trauma. Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah salah satu pendekatan yang bisa sangat efektif.
Melalui CBT, kamu bersama terapis akan mengeksplorasi pikiran negatif yang berkontribusi pada perasaan bersalah.
Memeriksa pikiran yang tidak realistis dan menggantinya dengan yang lebih realistis dapat membantu meringankan perasaan bersalah dan menyalahkan diri sendiri.
Punya pertanyaan lebih lanjut seputar kesehatan mental? Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!