Share This Article
HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Jika tidak dilakukan pengobatan, HIV dapat menyebabkan Acquired Immunodeficiency Syndrome, atau yang biasa disebut dengan istilah AIDS.
Hingga saat ini, tidak ada obat untuk HIV/AIDS. Namun, pengobatan tertentu dapat memperlambat perkembangan penyakit ini secara signifikan.
Oleh karena itu, penting untuk mempelajari hal-hal dasar tentang HIV/AIDS, agar kamu bisa mengurasi risiko tertular penyakit ini.
Baca juga: HIV/AIDS: Prevalensi Terbaru, Mitos & Fakta, hingga Keterkaitan dengan COVID-19
Apa itu virus HIV?
Dilansir dari CDC, HIV adalah virus yang menginfeksi dan menghancurkan sel CD4 positif (CD4 +). Ini merupakan bagian dari kekebalan tubuh yang memainkan peran kunci dalam melawan penyakit.
Pada saat terinfeksi HIV, jumlah sel CD4 + yang rusak akan semakin bertambah dan menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh.
Oleh karenanya, kemampuan tubuh dalam melawan infeksi dan penyakit pun akan semakin berkurang, dan berakhir dengan munculnya penyakit AIDS.
Gejala HIV akut
Dilansir dari Mayoclinic, sebagian orang yang terinfeksi HIV menunjukkan adanya gejala penyakit mirip flu dalam dua hingga empat minggu setelah virus tersebut memasuki tubuh.
Kondisi ini biasanya dikenal sebagai infeksi HIV akut, dan dapat berlangsung selama beberapa minggu. Tanda-tandanya meliputi:
- Demam
- Sakit kepala
- Nyeri otot dan nyeri sendi
- Ruam
- Sakit tenggorokan dan luka mulut yang menyakitkan
- Kelenjar getah bening membengkak, terutama di leher
- Diare
- Penurunan berat badan
- Batuk
- Keringat malam
Gejala HIV kronis
Sementara pada tahap infeksi lanjutan, virus HIV yang telah masuk ke dalam tubuh berkembang biak dan menghancurkan sel-sel kekebalan sesorang karena ia tidak menerima terapi antiretroviral (ART).
Gejala yang muncul bisa berupa infeksi ringan, tetapi tidak menutup kemungkinan ditandai dengan gejala kronis seperti:
- Demam
- Kelelahan
- Kelenjar getah bening yang membengkak – seringkali merupakan salah satu tanda pertama infeksi HIV
- Diare
- Penurunan berat badan
- Infeksi jamur rongga mulut (sariawan)
- Herpes zoster
- Radang paru-paru
Baca juga: Jangan Diabaikan! Ini Gejala Awal HIV yang Patut Diwaspadai
Bagaimana infeksi HIV berubah menjadi AIDS?
Pada umumnya, orang yang sehat dan tidak terinfeksi HIV memiliki jumlah sel CD4 + sekitar 800 hingga 1.200 sel per mm3 darah. Sedangkan pada orang yang terinfeksi HIV dan tidak menerima pengobatan, jumlah CD4 + secara bertahap akan terus mengalami penurunan.
Begitu angkanya turun di bawah 200, orang yang terinfeksi virus HIV sangat rentan untuk mengembangkan infeksi oportunistik yang khas dari penyakit AIDS. Ini adalah semacam gangguan kesehatan yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan sehat.
Itulah mengapa, secara umum seseorang mulai didiagnosis terserang AIDS ketika jumlah CD4 + yang ia miliki turun menjadi di bawah 200.
Selain itu, seseorang yang telah terinfeksi HIV juga dapat dinyatakan terkena AIDS apabila mengembangkan gejala-gejala seperti:
- Berkeringat
- Panas dingin
- Demam berulang
- Diare kronis
- Kelenjar getah bening membengkak
- Bintik putih yang persisten atau lesi yang tidak biasa di lidah atau mulut Anda
- Kelelahan yang terus-menerus dan tidak bisa dijelaskan
- Kelemahan
- Penurunan berat badan
- Ruam atau benjolan kulit
Bagaimana HIV menyebar
Virus HIV dapat menyebar apabila darah, air mani, atau cairan vagina dari orang yang terinfeksi masuk ke tubuh orang lain. Hal ini dapat terjadi melalui beberapa cara, misalnya:
Berhubungan seks
Seseorang dapat tertular virus HIV apabila melakukan hubungan seks secara vaginal, anal atau oral dengan pasangan yang telah terinfeksi virus tersebut.
Berbagi jarum suntik
Berbagi perlengkapan obat yang melibatkan proses penyuntikan juga berisiko menjadi media penularan virus HIV.
Hal ini terjadi ketika jarum atau alat suntik tersebut dipakai secara bergantian tanpa diketahui apakah sudah terkontaminasi virus HIV atau tidak.
Selama kehamilan atau persalinan atau melalui menyusui
Ibu hamil yang terinfeksi virus HIV dapat menularkan virus ini kepada bayinya. Untuk itu, mereka disarankan untuk mendapatkan pengobatan selama kehamilan agar menurunkan risiko penularan pada bayinya.
Konsultasikan masalah kesehatan kamu dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!