Share This Article
Sampai sekarang, wabah COVID-19 belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Bahkan, baru-baru ini, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa ada keterkaitan antara kadar testosteron dengan penyakit yang disebabkan oleh virus Corona itu.
Lantas, apa hubungan antara COVID-19 dan hormon testosteron? Yuk, temukan jawabannya dengan ulasan berikut ini!
Tentang penelitian terkait
Sebuah penelitian berjudul Relationship of circulating sex hormones with inflammation and disease severity in COVID-19 dipublikasikan secara online pada 25 Mei 2021. Studi itu dilakukan oleh sejumlah peneliti asal Saint Louis University School of Medicine dan Washington University.
Penelitian tersebut dipimpin oleh Sandeep Dhindsa, M.D., ahli endokrinologi, dan Abhinav Diwan, M.D, ahli jantung. Studi dilakukan pada Maret hingga Mei 2021, melibatkan 152 pasien COVID-19 (90 pria dan 62 wanita) di rumah sakit Barnes-Jewish, Amerika Serikat.
Para ilmuwan mengukur kadar sejumlah hormon pasien pada hari ke-3, 7, 14, dan 28 selama menjalani rawat inap di rumah sakit. Hormon yang dimaksud adalah testosteron, estradiol, dan IGF-1.
Hasil dari penelitian
Setelah melakukan penelitian selama dua bulan, didapatkan hasil bahwa seseorang yang mempunyai kadar testosteron rendah berpotensi mengalami gejala COVID-19 yang lebih buruk.
Sekitar 66 pria dengan kadar testosteron rendah diketahui mengembangkan gejala COVID-19 yang lebih parah. Sedangkan 24 pria lainnya dikategorikan bergejala ringan, mempunyai kadar testosteron yang lebih tinggi.
Belum diketahui secara pasti apakah kadar hormon tersebut sudah mengalami penurunan sebelum terinfeksi COVID-19 atau tidak. Dibutuhkan penelitian lanjutan untuk menemukan hasil lebih mendalam yang bisa mendukung hipotesis saat ini.
Keterkaitan kadar testosteron dan COVID-19
Sebenarnya, penelitian tentang hubungan testosteron dengan COVID-19 tersebut bukan yang pertama kali dilakukan. Sebelumnya, para peneliti dari Amerika Serikat dan Arab Saudi sudah melakukan riset serupa yang terbit di Journal of Medical Hypotheses pada November 2020.
Penelitian itu menyebutkan, ada korelasi langsung antara kadar testosteron, aktivitas peradangan, dan perburukan gejala COVID-19. Ini karena SARS-CoV-2 masuk melalui membran mukosa, di mana virus akan menginfeksi sel epitel alveolar melalui reseptor ACE-2 dan TMPRSS2.
Nah, kadar testosteron yang rendah bisa berpengaruh pada fungsi reseptor tersebut. Testosteron mampu memodulasi respons imun, kemudian berdampak pada peningkatan aktivitas di reseptor ACE-2. Akibatnya, virus akan lebih mudah masuk dan menginfeksi sel-sel sehat.
Perburukan gejala akan terjadi terutama di bagian pernapasan (paru-paru). Oleh karena itu, pada beberapa kasus, orang yang telah memasuki tahap tersebut membutuhkan bantuan alat pernapasan seperti ventilator, karena paru-parunya sudah terganggu.
Selain itu, penurunan kadar testosteron pada pria juga berdampak negatif pada fungsi sel endotel, dapat memicu respons imun yang salah. Ini akan memengaruhi kemampuan tubuh dalam melawan infeksi virus dan memperparah aktivitas peradangan secara sistemik.
Baca juga: Benarkah COVID-19 Bisa Ganggu Siklus Haid?
Testosteron dan kadar normalnya
Testosteron adalah hormon yang ditemukan pada pria dan wanita. Hanya saja, pria mempunyai kadar yang jauh lebih tinggi. Pada pria, hormon itu diproduksi di testis, dan akan mengalami peningkatan signifikan selama masa pubertas.
Dalam sistem reproduksi, testosteron sangat diperlukan untuk produksi sperma. Itulah alasan mengapa testosteron kerap disebut sebagai hormon seks.
Bicara soal kadar normal, seperti dikutip dari Healthline, testosteron seharusnya berada pada rentang antara 280-1.100 nanogram per desiliter (ng/dL) untuk pria dewasa dan 15-70 ng/dL pada wanita.
Ciri-ciri kadar testosteron rendah
Kadar testosteron rendah terjadi ketika jumlahnya berada di bawah 300 ng/dL pada pria. Kadar testosteron yang rendah biasanya dapat diketahui dari beberapa gejala dan tanda, seperti:
- Penurunan libido: Testosteron adalah hormon seks, sehingga kadar yang rendah dapat berdampak pada gairah atau libido
- Sulit ereksi: Testosteron merupakan hormon yang dapat merangsang reseptor di otak untuk menghasilkan oksida nitrat, yaitu molekul yang membantu terjadinya proses ereksi pada penis
- Air mani sedikit: Air mani yang sedikit bisa menjadi tanda dari rendahnya testosteron, karena hormon tersebut dapat membantu produksi cairan semen
- Ukuran testis mengecil: Testosteron adalah hormon yang diproduksi di testis, sehingga jika terjadi penurunan kadar akan berdampak pada organ tersebut
- Rambut rontok: Kerontokan adalah salah satu tanda dari penurunan kadar testosteron, karena hormon tersebut juga berperan dalam proses penumbuhan rambut
- Penurunan massa otot: Testosteron adalah hormon pembangun massa otot
Nah, itulah ulasan tentang keterkaitan kadar testosteron dan COVID-19. Untuk mengecek kadar hormon tersebut, kamu bisa melakukannya di laboratorium atau rumah sakit, ya!
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!